Lihat ke Halaman Asli

"Kelase" Alternatif Pembelajaran Online

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru di masa lalu adalah seseorang yang mengajar sekelompok siswa dalam ruang-ruang kelas. Ada buku, papan tulis, dan bertemu dalam waktu yg sama. Guru dan siswa terikat dalam suatu institusi tertentu. Namun seiring dengan perubahan teknologi, guru dalam pengertian sekarang adalah seseorang yang mempunyai niat membelajarkan siswa atau siapa saja yang ingin belajar tanpa batasan ruang dan waktu berbasis ICT. Hal ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan media sosial mobile learning.

Menurut Brimy laksmana dan Winastwan Gora (pendiri edukasi 101) yang disampaikan pada presentasi pelatihan online "Mobile Learning dengan Kelase", bahwa saat ini seluruh aspek kehidupan manusia berubah akibat adanya perkembangan teknologi. Perubahan adalah sebuah kepastian mutlak, manusia harus mampu beradaptasi dan melakukan inovasi dalam kehidupannya. Pola kehidupan manusia dalam bekerja, bermain dan belajar berubah sehingga proses pembelajaran harus berubah.

Sebagai guru sudahkah kita beradaptasi terhadap perubahan dalam pembelajaran? Alternatif untuk perubahan itu ada di depan mata. Kita bisa memilih social mobile learning yang akan kita kelola yang tersedia secara gratis. Diantaranya yaitu Kelase, yang dapat diunduh melalui layanan penyedia aplikasi seperti Google Play atau Apple App Store.

Yuk kita kenal lebih dekat apa itu social mobile learning Kelase , apa saja keunggulannya ...

Kelase menyediakan ruang belajar online yang mengedepankan aspek sosial dan kolaborasi dengan berbagai keunggulannya, diantaranya:


  1. Tetap terhubung dan berbagi, menjembatani komunikasi antara sekolah, siswa, guru dan orang tua. Memudahkan pengguna untuk saling berkomunikasi dan berbagi informasi.
  2. Terbatas dan aman, jejaring sosial yang ramah anak, dengan akses terbatas (hanya untuk anggota institusi), serta aman dari pencurian informasi dan spam.
  3. Belajar lebih menyenangkan, lingkungan belajar yang kasual, semudah menggunakan jejaring sosial pada umumnya. Belajar lebih menyenangkan dengan berbagai aplikasi dan gamifikasi.
  4. Memperkaya pengalaman belajar, menyediakan berbagai kegiatan belajar individu dan kolaboratif. Menyiapkan siswa menguasai keterampilan abad ke-21.
  5. Belajar kapan saja dan dimana saja, memfasilitasi belajar dengan lebih fleksibel. Akses dari berbagai perangkat mobile (laptop, smartphone dan tablet).
  6. Mudah untuk mengukur dan memantau, memudahkan orang tua dan guru untuk mengukur dan memantau kemajuan belajar siswa, nilai dan kegiatan sekolah.


Oya ada berita yang mungkin ditunggu oleh sebagian dari rekan guru. Terutama guru yang telah memperoleh sertifikat pendidik tetapi mengalami ketidakberuntungan dalam hal pemenuhan jam mengajar. Guru dituntut untuk mengajar minimal 24 jam. Bagaimana kalau hal ini tidak bisa kita dapatkan?

Menurut berita dari www.jpnn.com, kemendikbud akan menerapkan terobosan baru. Para guru yang aktif mengajar secara online atau melalui dunia maya, akan dihitung seperti dosen reguler atau tatap muka. Penetapan standarisasi pembelajaran dunia maya akan ditetapkan.

Masuknya penilaian pembelajaran via dunia maya ini merupakan gagasan dari Pusat Teknologi dan Komunikasi (Pustekkom) Kemendikbud. Kepala Pustekkom Ari Santoso mengatakan, perhitungan aktivitas pembelajaran virtual itu berlaku untuk guru di jenjang pendidikan dasar, menengah, dan tinggi (dosen). "Perkembangannya sekarang, sedang dimatangkan landasan hukumnya."

Landasan hukum yang sedang disusun bisa berupa peraturan menteri atau lainnya. Ari mengatakan tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan keseriusan pembelajaran melalui dunia maya.

Ari mengatakan bahwa aktivitas pembelajaran virtual sudah sangat tinggi. Sekolah-sekolah yang sudah tersambung dengan koneksi jaringan pendidikan nasional (jardiknas) juga terus tumbuh hingga di pelosok Indonesia. Bahkan jaringan pembelajaran online ini juga menyasar sekolah-sekolah anak Indonesia yang di luar negeri.

Nah, semoga hal itu akan jadi kenyataan. Sambil menunggu terealisasinya penetapan standarisasi pembelajaran dunia maya, ada baiknya kita siapkan diri untuk memulai dari sekarang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline