Capek ya jadi guru?
Apalagi jadi guru mata pelajaran matematika.
Mapel nomor satu yang paling dibenci!
Kalau capek kok masih dilanjutin?
Karena....
Pertama, jadi guru itu belajar untuk selalu mengetuk hati dengan cinta. Ketuklah hati anak didik kita, sebelum menyampaikan ilmu. Seorang guru harus menjadi sosok yang diizinkan masuk oleh anak didiknya karena itu adalah kunci masuknya ilmu. Ketuklah hati mereka hingga diizinkan masuk ke dalam hati-hati anak didik tercinta. Guru yang sudah diizinkan masuk karena menarik, menyenangkan, tulus maka ilmu yang diberikan adalah ilmu yang menjadikan mereka suka, cinta , senang, dan bisa menjadikan ilmu itu sebagai pelajaran favorit mereka sehingga bisa belajar tanpa harus dipaksa. Sesungguhnya tak ada yang pesan yang ditolak, yang ditolak itu adalah orangnya.
Kedua, jadi guru itu belajar mendidik dengan sepenuh hati. Salah satu keberhasilan seorang guru adalah menjadi sosok yang ada di hati anak didik dan selalu dirindu kehadirannya. Kuncinya, mengajarlah dengan sepenuh hati maka kita akan menjadi sosok yang ada di hati mereka sehingga mereka akan belajar dengan sepenuh hati.
Ketiga, menjadi guru itu belajar untuk terus menjadi sosok pembelajar sejati. Teruslah menjadi sosok guru pembelajar dan mampu mengikuti perkembangan zaman. Seorang guru yang hebat adalah guru yang terus menerus belajar, belajar, dan belajar sepanjang hayat. Mampu mengikuti perkembangan zaman dan teknologi serta pengembangan ilmu pengetahuan sehingga guru menjadi sosok cerdas, berilmu, berwawasan luas, dan menginspirasi.
Di tangan guru masa depan anak didik tercinta dipertaruhkan. Peran guru tidak dapat diganti dengan tekhnologi secanggih dan semodern apapun. Tiada cinta dalam belajar tanpa adanya seorang guru. Karena guru itu adalah segala sesuatu tentang cinta, dan dunia ini butuh banyak cinta. Teacher is all about love.
Tiada alasan untuk tidak bangga menjadi seorang guru, guru merdeka belajar. Aku bangga menjadi guru untuk anak didik tercinta. Selamat Hari Guru Nasional untuk seluruh guru di dunia manapun berada.
Aprita Sari Harahap, Teacher and Writer