Lihat ke Halaman Asli

Aprin Mayangsari

Universitas Airlanngga

Stres pada Mahasiswa Meninggi, Apa Alasannya dan Bagaimana Cara Mencegah dan Menguranginya?

Diperbarui: 3 Januari 2023   23:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagaimana yang kita ketahui, mahasiswa adalah individu yang sedang menimba ilmu di perguruan tinggi atau lembaga lainnya yang setingkat. Sedangkan stres adalah kondisi jiwa raga, fisik, dan psikis yang tidak berjalan sebagaimana fungsinya dan dapat terjadi pada setiap orang karena berbagai macam faktor dan bersifat menimbulkan kecemasan. Kebanyakan mahasiswa mengalami stres yang berbentuk negatif, yakni stres yang sifatnya tidak menyenangkan dan membuat individu merasa cemas, ketakutan, khawatir, atau gelisah yang berlebih sehingga mengakibatkan individu tidak memiliki semangat untuk melakukan suatu kegiatan. Lantas, benarkah seorang mahasiswa rentan mengalami stres pada proses belajarnya?

Tugas kuliah tidak bisa dilepaskan dari mahasiswa karena merupakan salah satu syarat agar bisa lulus tepat waktu. Tak heran jika mahasiswa seringkali mengalami stres yang bersumber dari aktivitas akademiknya. Banyaknya tugas yang muncul, menyebabkan timbulnya tekanan yang lebih. Sehingga memunculkan rasa khawatir dan takut tidak bisa mengerjakan dengan baik dan benar. Rasa khawatir dan takut tersebut cenderung mengarah kepada ketakutan memperoleh nilai IPK yang rendah. Hal ini karena nilai IPK sangat berpengaruh pada masa studi, dan bahkan pada lamaran pekerjaan di masa mendatang. Selain itu, takut tidak bisa membahagiakan orang tua dan takut mendapat ejekan karena tidak sesuai dengan pandangan dan kepercayaan yang berkembang di masyarakat juga menjadi kekhawatiran mahasiswa.

Tugas-tugas akademik yang datang secara bersamaan dengan deadline yang hampir berbarengan, dimana setiap tugas yang diberikan harus dikerjakan dengan baik dan benar. Hal tersebut merupakan alasan terkuat mahasiswa memilih begadang untuk menyelesaikan tugasnya. Selain itu, tingginya sifat kompetitif di lingkungan perkuliahan juga sangat mempengaruhi psikis mahasiswa. Tingginya sikap tersebut menyebabkan banyak mahasiswa memiliki sifat perfeksionis dalam mengerjakan tugasnya. Mahasiswa dengan sifat perfeksionis cenderung mudah putus asa dan kehilangan semangat jika hasil akademik yang diperoleh tidak sesuai dengan ekspektasi yang dimiliki. Bahkan, kemungkinan terburuknya adalah memunculkan keinginan untuk menyakiti diri sendiri sebagai wujud hukuman kepada diri sendiri atas kegagalan yang dialami.

Gejala stres yang sering ditemui pada mahasiswa berupa adanya gangguan makan, baik berupa nafsu makan yang meningkat ataupun sebaliknya, tidak ada energi untuk melakukan suatu kegiatan, mudah emosi apalagi karena melihat pencapaian teman, tidak bisa fokus dan berpikir padahal memiliki banyak tugas, dan yang paling sering adalah gejala berupa keinginan untuk tidur seharian tanpa melakukan apa-apa.

Menurut Gunarya dkk (2011), salah satu metode untuk mencegah stres adalah dengan 'STRESS', yaitu study skills, tempo-time management, rest, eating and exercise, self talk dan social support. Mahasiswa dalam hal ini perlu memiliki kemampuan belajar yang efektif dan efisien yang sesuai dengan kemampuan diri. Mahasiswa harus memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik agar apa yang dilaksanakan tepat waktu serta tepat sasaran. Selain itu, istirahat, pola makan yang baik, dan olahraga yang cukup diperlukan untuk kebugaran tubuh. Self talk dengan diri sendiri terkadang juga diperlukan agar bisa mengenali dan menyadari keinginan diri serta batas kemampuan diri sendiri. Tak lupa dukungan keluarga, teman, dan orang-orang sekitar juga sangat berpengaruh pada kesehatan mental individu, jika mampu memunculkan energi positif di setiap interaksi yang dilakukan.

Sedangkan untuk mengurangi stres dapat dilakukan dengan mencari tahu terlebih dulu penyebab stres. Kemudian, barulah menentukan cara mengurangi stres. Beberapa cara untuk mengurangi stres yang bisa dilakukan antara lain dengan mengatur pola makan yang sehat dan bergizi, memelihara kebugaran jasmani, melatih pernafasan dan relaksasi, take a break  dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan seperti menonton film, bersepeda, liburan, dan mengembangkan hobi. 

Stres seringkali dianggap sebagai gangguan jiwa, sehingga banyak mahasiswa yang mengalami stres memilih untuk tidak menceritakan kondisinya. Selain itu, stres pada mahasiswa sering juga dinilai wajar karena adanya anggapan bahwa semua mahasiswa juga terbebani dengan tanggung jawab kehidupan sebagai seorang mahasiswa. Namun, jika ada cara untuk mencegah dan mengurangi stres, mengapa tidak dicoba? Serumit apapun kehidupan yang dialami, sebanyak apapun tugas yang dimiliki di perkuliahan, manusia yang mampu bertahan itulah pemenangnya. Hanya perlu yakin bahwa kita mampu melewati semua ini.

Menyadari bahwasannya diri sendiri lebih penting dibandingkan tugas dan nilai yang akan didapat merupakan salah satu cara yang harus dilakukan untuk mengurangi stres. Karena sejatinya individu yang sehat, baik fisik dan mental, maka nilai yang tinggi juga akan mengikuti. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline