Lihat ke Halaman Asli

Aprin Mayangsari

Universitas Airlanngga

Kebudayaan dan Kesehatan Masyarakat: Aspek Budaya Menghambat Tenaga Kesehatan Masyarakat?

Diperbarui: 24 Juni 2022   00:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kebudayaan adalah sesuatu yang bisa mempengaruhi pengetahuan individu. Sehingga akan mempengaruhi perilaku yang berdampak pada kehidupan sehari-hari. Kebudayaan sendiri akan menciptakan suatu kebiasaan dan adat istiadat yang terus berkembang setiap waktu dan diwariskan secara turun temurun oleh orang-orang terdahulu. Oleh karena itu, banyak kebudayaan di Indonesia yang hingga saat ini masih tetap dijaga dan dilestarikan.

Kesehatan masyarakat adalah ilmu yang mempelajari tentang pencegahan penyakit pada individu. Saat ini, keberadaan tenaga kesehatan masyarakat masih sering disalah artikan oleh masyarakat umum. Bahkan tak heran, masyarakat cenderung tidak mengenal apa itu kesehatan masyarakat. Padahal keberadaan tenaga kesehatan masyarakat tersebar luas di seluruh Indonesia dan bisa dengan mudah ditemui di lingkungan sekitar, khususnya di tempat pelayanan kesehatan, seperti puskesmas terdekat.

Ilmu kesehatan masyarakat yang merupakan upaya mencegah penyakit yang jika dihubungkan dengan tradisi masyarakat setempat memerlukan upaya pengenalan dan pemahaman tenaga kesehatan masyarakat terhadap tradisi yang ada. Lantas, benarkah aspek budaya menghambat tenaga kesehatan masyarakat dalam menjalankan tugasnya?

Budaya tidak bisa dilepaskan dengan kehidupan bermasyarakat karena merupakan salah satu aspek pelengkap keberlangsungan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Setiap daerah di suatu negara memiliki kebudayaan masing-masing yang menjadi ciri khas daerah tersebut. Oleh karena itu, tidak heran jika suatu negara memiliki bermacam-macam kebudayaan.

Berikut ini beberapa kebudayaan yang masih dilestarikan dan dijaga hingga saat ini.

Pertama, terdapat Tradisi Marapi yang hingga saat ini masih dilakukan, khususnya di daerah Padangsidimpuan di Provinsi Sumatera Utara. Tradisi Marapi adalah tradisi mengasapi atau memanaskan ibu yang baru melahirkan beserta bayinya selama 40 hari. 

Hal ini jika dilihat dari segi kesehatan bisa menimbulkan beberapa dampak negatif untuk kesehatan ibu dan bayi, diantaranya seperti gangguan sistem pernafasan, luka bakar, dehidrasi, penurunan tekanan darah, infeksi luka perineum, dan iritasi kulit.

Kedua, Tradisi Potong Gigi yang dilakukan oleh masyarakat Bali, khususnya masyarakat beragama hindu. Tradisi ini sendiri dilakukan untuk seseorang yang sudah memasuki usia dewasa. 

Tradisi Potong Gigi ini sendiri juga dimaknai sebagai bentuk pembayaran utang oleh orang tua kepada anaknya karena sudah bisa menghilangkan keenam sifat buruk dari manusia, yaitu kama (keinginan), krodha (kemarahan), lobha (tamak/rakus), moha (hawa nafsu), mada (kemabukan), dan matsarya (iri hati). 

Jika dilihat dari segi kesehatan Tradisi Potong Gigi bisa mengakibatkan kerusakan gigi pada orang yang mengikuti tradisi ini. Hal tersebut dikarenakan ketebalan email gigi seseorang hanyalah 2mm, sehingga jika potong gigi dilakukan lebih dari 2mm, maka akan menyebabkan gigi ngilu. Selain itu, Tradisi Potong Gigi juga bisa mengakibatkan kerusakan pada gusi gigi.

Ketiga, tradisi yang saat ini masih sering dijumpai adalah tradisi persalinan menggunakan dukun bayi. Di Indonesia, khususnya di daerah pedesaan masih banyak ibu hamil yang lebih memilih memanfaatkan jasa dukun bayi dibandingkan dengan pelayanan persalinan di rumah sakit. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline