Lihat ke Halaman Asli

Sistem Pendidikan Student-Centered Lebih Baik Dibanding Teacher-Centered

Diperbarui: 10 Mei 2023   12:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat Anda gunakan untuk mengubah dunia." (Nelson Mandela, 2003). Pendidikan merupakan aspek penting dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan berperan dalam menunjang kehidupan masyarakat. Saat ini, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat, pendidikan memegang peranan penting, namun masih terdapat keterlambatan penyesuaian terhadap perkembangan tersebut. Baru-baru ini, sistem pembelajaran di Indonesia telah bergeser dari yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa. Sebelumnya, sistem pembelajaran di hampir semua perguruan tinggi di Indonesia masih satu arah yaitu pemberian materi oleh dosen atau biasa disebut teacher centered learning (TCL). Pola pembelajaran dosen aktif dengan mahasiswa pasif memiliki keefektifan pembelajaran yang rendah. Berbeda dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan seluruh potensinya melalui proses pembelajaran yang aktif dan interaktif. Tidak diragukan lagi, sistem yang berpusat pada siswa adalah metode pembelajaran terbaik dibandingkan dengan yang berpusat pada guru. 

Sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat membantu keterampilan berpikir siswa melalui proyek pemecahan masalah. Sebagian besar siswa akan belajar lebih baik jika mereka diminta untuk berpikir tentang bagaimana sebuah masalah harus diselesaikan. Pembelajaran yang berpusat pada siswa menciptakan kemungkinan bagi siswa untuk memecahkan masalah mereka sendiri. Menurut Mojgan pada tahun 2013, pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat dianggap pembelajaran berbasis masalah, berorientasi masalah, dan berbasis proyek, yang dapat menghasilkan lulusan yang kompetitif dan mampu tampil dalam situasi yang menantang. Misalnya, ketika siswa diberi tugas oleh guru untuk mencari materi pembelajaran kemudian mempresentasikannya di depan kelas, keadaan ini membuat siswa berpikir bagaimana menciptakan metode pemecahan masalah sendiri, menggali lebih banyak ide, dan mencari informasi untuk menyelesaikan tugas. Berbeda dengan pembelajaran yang berpusat pada guru, seorang siswa akan pasif hanya menerima materi, dan siswa jarang mereview materi yang telah diberikan guru kepadanya. Sebaliknya, pembelajaran yang berpusat pada siswa menuntut siswa untuk membaca dan memahami materi sebelum mereka mempresentasikannya di depan kelas.

Selain itu, pendekatan yang berpusat pada siswa menumbuhkan pembelajaran kolaboratif melalui tugas kerja kelompok, yang akan meningkatkan keterampilan sosial siswa. Pembelajaran yang berpusat pada siswa didasarkan pada pembelajaran aktif dimana pembelajaran terjadi ketika siswa diberi kesempatan untuk lebih banyak berinteraksi dengan sesama siswa tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari. Juga membantu mereka untuk mengembangkan pengetahuan melalui diskusi kelompok, tidak hanya menerima informasi dari guru atau dosen saja. Jadi, dalam gaya belajar ini, terbentuklah pembelajaran kolaboratif. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa ketika diterapkan dengan benar, pembelajaran kolaboratif meningkatkan retensi pengetahuan, kemampuan berpikir tingkat tinggi, keterampilan sosial dan komunikasi, dan kepercayaan diri. Menurut Hamdi, 2015, dengan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, siswa diberikan kebebasan untuk mencari pengertian bersama yang akan berujung pada keberhasilan akademik yang lebih besar. Melalui pembelajaran kolaboratif di lingkungan belajar yang berpusat pada siswa ini, mereka akan mengembangkan keterampilan komunikasi, kemampuan kepemimpinan, keterampilan interpersonal, dan keterampilan sosial lainnya yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar perusahaan.

Beberapa orang mungkin berpendapat, sistem yang berpusat pada siswa, di mana siswa dituntut untuk aktif, mengganggu psikologi peserta yang tidak terbiasa aktif. Seperti dikutip dari Kompasiana.com, para guru di Indonesia tak henti-hentinya mengimbau seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi kelas dan mengajukan pertanyaan.  Tetapi tidak sedikit pula siswa yang memilih untuk diam dan tidak menjawab atau takut untuk bertanya. Terkadang guru harus menunjuk peserta sambil berbicara dengan nada yang kuat dan berwibawa, atau mereka harus menunggu orang tersebut mengangkat tangannya selama beberapa menit, hal ini hanya dapat menyebabkan gangguan psikologis bagi peserta yang tidak terbiasa aktif. Namun, masalah ini dapat diatasi oleh pendidik yang menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Pendidik harus mampu memposisikan diri sebagai sahabat, yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan dapat merangsang ide dan kreativitas siswa sehingga siswa akan merasa nyaman dan tidak tertekan untuk mengeluarkan pendapatnya, sehingga tidak mengganggu kejiwaannya.

Mempertimbangkan semuanya, jelas bahwa sistem yang berpusat pada siswa adalah metode pendidikan terbaik untuk diterapakan disetiap institusi pendidikan. Sistem yang berpusat pada siswa membantu mengembangkan tatanan berpikir kritis yang tinggi, menciptakan pembelajaran kolaboratif, dan dengan membangun suasana belajar yang menyenangkan dapat membantu siswa tidak merasa tertekan untuk menyuarakan pendapat atau pemikirannya. Untuk keefektifan dan keberhasilan strategi pengajaran ini, peran pendidik dalam pendekatan yang berpusat pada mahasiswa ini mutlak diperlukan. Tentu saja, student centered sangat penting sebagai latihan dimana siswa dapat melatih public speaking mereka sehingga mereka dapat memenuhi persyaratan pekerjaan yang membutuhkan kemampuan komunikasi yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline