Lihat ke Halaman Asli

Apriliyantino

Seorang pendidik, penulis dan editor

Menulis Pentigraf, Meringkas Semesta dalam Kata

Diperbarui: 5 September 2020   09:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Apriliyantino*

Bagi sebagian orang, mungkin istilah pentigraf ini baru didengar. Benar, pentigraf ini memang jenis atau genre baru di dalam dunia kepenulisan. Penemunya adalah Prof. Tengsoe, pendiri Kampung Pentigraf. Berawal dari fenomena yang berkembang akhir-akhir ini, orang-orang semakin sibuk dan dunia yang terus menuntut seseorang untuk bergerak cepat, maka muncullah ide pentigraf ini. Mereka yang sibuk, tentu tidak punya waktu untuk membaca novel yang tebal-tebal. Untuk mencapai ending, harus membaca sekian ratus halaman.

Kadang pembaca baru sadar maksud bacaan setelah membaca sekian puluh halaman. Ini coba disiasati oleh para pentigrafis. Mereka mengembangkan pola cerita singkat (3 paragraf)  yang merangkum sebiah cerita utuh dengan latar, tokoh, alur,  dan konflik yang jelas. Tanpa bertele-tele, pentigrafis ingin membuat kejutan dan sensasi yang berbeda di dalam sebuah cerita pentigraf yang hanya tiga paragraf tersebut. Ci Luk Ba dalam pentigraf memiliki efek yang tak kalah greget dengan sebuah cerpen atau novel sekalipun. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam menulis sebuah pentigraf:

-Langkah Menulis Pentigraf-


1. Memukan ide.

Ide adalah modal utama sebuah tulisan. Tulisan apapun yang kita baca, pasti berawal dari sebuah ide. Bagaimana menemukan ide ini? Ide sebenarnya bertebaran di sekitar kita. Ia terbentang di penjuru semesta. Akan tetapi, meskipun demikian, seringkali orang mengatakan, "Saya tak punya ide, ide saya mentok, saya mengalami writer block," dan seterusnya. 

Caranya bagaimana agar kita tidak kehabisan ide? Pertama, kita harus belajar untuk peka terhadap lingkungan sekitar kita. Kedua, kita aktifkan seluruh indera kita dan mengemasnya dalam kata-kata. Apa yang lihat, dengar dan rasakan, sesegera mungkin diikat kedalam tulisan singkat, bisa dalam bentuk narasi atau kalimat sederhana. Jika tak sempat menulis, pastikan kita bisa mengingat setiap kejadian, suasana dan apapun yang berlintasan di sekitar kita. Kita rekam dalam memori otak kita. Itulah sumber ide dari tulisan kita. 


2. Tuliskan kalimat utama.

Setelah ide kita temukan, selanjutnya kita ramu menjadi kalimat utama di dalam cerita kita. Seorang pentigrafis, harus mulai terbiasa dengan permainan premis cerita dan kuncinya ada di kalimat utama ini. Kegagalan menyusun kalimat utama, adalah kegagalan menuliskan sebuah cerita seluruhnya. Kalimat utama adalah sel pertama yang harus ada dan dilahirkan. Sependek atau sepanjang apapun tulisan, ia tak akan lahir tanpa kalimat utama. 


3. Masukkan Ci yaitu pembuka cerita.

Ketika kita mulai menuliskan kalimat utama, sesungguhnya kita sedang berproses di tahap 'Ci' atau orientation. Di tahap ini kita sedang membuka cerita kita dengan sebuah prolog. Cerita mukai dibangun ditahap ini, sehingga sebagai sebuah pembuka, bagian ini harus menarik bagi pembaca.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline