Dalam Undang-Undang no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. PAUD jalur formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK). TK adalah salah satu bentuk satuan PAUD pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat sampai enam tahun. Anak didik pada usia ini dibagi ke dalam dua kelompok belajar berdasarkan usia, yaitu kelompok A untuk anak usia 4--5 tahun, dan kelompok B untuk anak usia 5--6 tahun.
Perkembangan kognitif adalah semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Piaget dalam Sujiono (2004:3.4) menyatakan bahwa semua. Anak memiliki pola perkembangan kognitif yang sama yaitu melalui empat tahapan: sensorimotor (usia 0-18 bulan), praoperasional (usia 18 bulan-6 tahun), operasional (usia 6-12 tahun), dan operasional formal untuk usia 11 tahun ke atas.
Tahap perkembangan kognitif anak TK pada Kelompok B berada pada tahap praoperasional, dan untuk mengembangkan aspek perkembangan kognitif di TK pada anak Kelompok B dalam pembelajaran dapat melalui kegiatan mengenal konsep bilangan dan lambang bilangan, membilang, membandingkan, mengurutkan, mengenal operasi bilangan, menghitung mundur, dan lain-lain. Berdasarkan hasil observasi di TK Aisyiyah Masaran 1 pada tanggal 5 januari 2019, dalam proses kegiatan pembelajaran mengenal lambang bilangan dapat dikatakan masih rendah.
Sebagian besar anak masih ragu dalam menyebutkan urutan bilangan 1-20. Ketika anak diminta oleh guru untuk menyebutkan urutan bilangan 1-20 secara bersama-sama, hampir semua anak dapat melakukannya. Tetapi, saat satu per satu anak diminta untuk menyebutkannya ternyata masih banyak anak yang masih bingung dan salah menyebutkannya. masih ada beberapa anak yang masih ragu dan masih bingung. Misalnya, saat menyebut "sebelas"dan seterusnya masih terbalik-balik. Anak masih bingung saat mengerjakan LKA dalam menghubungkan lambang bilangan dengan benda- benda sampai 20, terutama gambar benda yang jumlahnya di atas sepuluh.
Sebagai contoh pada saat anak menghubungkan dengan garis untuk gambar bintang yang berjumlah lebih dari sepuluh, anak justru menghubungkan gambar tersebut dengan angkayang salah. Hal ini disebabkan masih terbatas dalam penggunaan media yang digunakan oleh guru pada saat proses belajar mengajar berlangsung, sebagian besar kegiatan mengenal lambang bilangan masih menggunakan LKA, buku tulis, papan tulis, dan jarang menggunakan APE (Alat Permainan Edukatif) seperti permainan tata angka.
Ketika menggunakan buku tulis, anak diminta untuk menuliskan angka 1, 2, 3, dan seterusnya di dalam kotak-kotak besar yang terdapat pada buku itu. Misalnya, pada kotak baris pertama guru memberikan contoh menuliskan angka 1.
Selanjutnya anak diminta untuk menuliskan angka 1 pada kotak baris ke dua dan seterusnya hingga baris terakhir dalam lembar buku tersebut. Dalam kegiatan ini, anak terkadang merasa bosan. Sebab kegiatannya hanya menuliskan angka yang sama hingga memenuhi buku. Selain itu anak menjadi kurang paham apa makna dari angka angka tersebut. Padahal angka/lambang bilangan merupakan simbol dari banyaknya benda.
Mengenal bilangan (angka).
Perkembangan konsep mengenal bilangan menurut Sujiono (2007:11) meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Pengenalan kualitas (jumlah) yaitu anak-anak menghitung sejumlah benda yang telah ditentukan dilakukan secara bertahab 1-5, 6-10 kemudian 11-20.