Lihat ke Halaman Asli

Kurikulum di Indonesia, Mengapa Harus Selalu Berubah

Diperbarui: 4 April 2017   16:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sejak pertengahan tahun 2013 negara kita yaitu Indonesia dalam bidang pendidikan menggunakan kurikulum 2013 yang menekankan partisipasi para peserta didik di setiap bidang. Jadi sekarang sangat di optimalkan peran siswa sehingga dapat memperkuat kemampuan baik di bidang kognitif, afeksi, serta psikomotorik. Peran guru disini sebagai fasilitator para siswa.

Tetapi yang saya herankan mengapa kurikulum di Indonesia selalu berubah, apakah ini karena tuntutan zaman yang selalu berkembang lebih maju sehingga memaksa kita untuk beradaptasi lebih lagi terhadap peristiwa ini. Sebenarnya tidak ada salahnya merubah kurikulum asalkan akibat dari perubahan kurikulum berdampak baik bagi peserta didik. Itu semua adalah yang diharapkan oleh semua pihak yang terkait.

Sebenarnya yang saya juga herankan penghapusan mata pelajaran Bahasa Inggris pada tingkat SD, penghapusan mata pelajaran TIK yang hanya dimasukkan pada ekstrakurikuler, serta muatan lokal seperti Bahasa Jawa yang dimasukkan ke dalam Seni Budaya. Mungkin maksud pemerintah menghapus mata pelajaran Bahasa Inggris pada tingkat SD agar para peserta didik di tingkat SD sejak dini mengetahui bahwa bahasa pemersatu bangsa ini adalah Bahasa Indonesia. Sehingga berakibat mata pelajaran Bahasa Inggris dimasukkan ke dalam ekstrakurikuler di tingkat SD. Jadi beban peserta didik di tingkat SD tidak terlalu berat serta pelajar di tingkat SD mengetahui secara betul tentang Bahasa Indonesia.

Saya hanya bertanya mengapa mata pelajaran TIK tidak masuk mata pelajaran tetapi hanya masuk ekstrakurikuler? Padahal TIK itu penting seiring berkembangnya teknologi yang ada di dunia ini. Mungkin TIK hanya dianggap sebuah keterampilan saja sehingga dimasukkan ke dalam ekstrakurikuler.

Saya lebih heran lagi mengapa muatan lokal dimasukkan ke dalam Seni Budaya, padahal muatan lokal sangat penting, contohnya Bahasa Jawa. Padahal di dalam muatan lokal itu sendiri berisi identitas yang khas dari daerah tersebut, jika hanya dimasukkan ke dalam Seni Budaya, berarti muatan lokal hanya dianggap sebuah seni dan tentunya muatan lokal dianggap sebagai salah satu budaya. Kita harus berfikiran positif saja mungkin dengan dimasukkannya muatan lokal ke dalam Seni Budaya, agar muatan lokal dapat lebih terorganisir dengan baik secara materi dan akan menjadi lebih menyenangkan untuk dipelajari oleh para peserta didik.

Tentunya pemerintah sudah berusaha memperbaiki sistem pendidikan kita, salah satunya dengan mengubah kurikulum. Yang terpenting sekarang ialah kerjasama yang baik antara guru dan peserta didik, agar penyampaian materi yang masuk dalam kurikulum 2013 dapat disampaikan dengan baik dan efisien guna mewujudkan kecerdasan bangsa ini.

Salam Pendidikan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline