SUASANA politik internal menjelang pelaksanaan Kongres IV Partai Amanat Nasional (PAN) pada 28 Februari hingga 2 Maret 2015, nampaknya akan terasa semakin diwarnai aksi serang opini antar dua kubu. Masing-masing kubu baik Hatta Rajasa maupun Zulkifli Hasan merasa jagonyalah yang lebih layak memimpin PAN untuk lima tahun mendatang.
Misalnya soal pentingnya seorang ketua umum hanya jabat satu periode dipersoalkan kubu pendukung Hatta Rajasa yang kini berusaha mempertahankan status quonya. Hanafi Rais yang sempat melontarkan isu itu juga banyak yang langsung merespon.
Memang wacana ketua umum satu periode bukan sebuah tradisi apalagi keteladanan dalam PAN, tetapi sebatas hanya isu temporer dan strategi pemenangan bagi calon ketua umum yang menantang calon incumbent pada kongres PAN ke IV mendatang. Sebenarya kalau fatsun politik kader PAN, tentunya semua terlembaga dalam anggaran dasar/anggaran rumah tangga (AD/ART) partai.
Tradisi PAN, yang menyerukan kepemimpinan PAN hanya satu periode bisa di katakan hanyalah kolektif kolegial saja. Sebenarya tidak ada aturan satu periode, seperti yang dilontarkan Hanafi Rais maupun Amin Rais.
Ucapan Amin Rais dan Anaknya Hanafi rais memang benar dua Ketua Umum DPP PAN sebelum Pak Hatta (Amin Rais dan Sutrisno Bachir) semuanya memang satu periode, tapi kurang tepat juga jika dikatakan ini sebagai sebuah tradisi apalagi keteladanan.
Apa yang disampaikan Amien Rais bisa wajar, sebagai sesepuh PAN memang ada benarnya, apa yang dia katakan sesungguhnya lebih kepada usaha untuk membesarkan partai dan mengajak seluruh kader untuk menghadapi kongres ini dalam suasana yang kondusif, beretika dan beradab. Sehingga dalam kongres nanti dapat melahirkan pemikiran yang cemerlang untuk membangun PAN lima tahun ke depan.
Atau barangkali ucapan Amin Rais dan Anaknya Hanafi rais yang mengatakan kepemimpinan PAN hanyalah cukup satu periode hanyalah bentuk ketakutan kalau Hatta Rajasa terpilih kembali sebagai ketum PAN periode 2015-2019
Kubu Amin Rais yang telah mendukung Zulkifli Hasan mendekali kongres di Bali nampaknya ketakutan menghadapi gerakan masif yang di lakukan Hatta Rajasa.
Kepanikan kubu Zulkifli Hasan ada benarya, karena sosok Hatta yang sederhana, merakyat, dekat dengan ulama dan memiliki jaringan yang luas di berbagai kalangan termasuk kalangan internasional menjadi modal besar untuk dapat tampil kembali memimpin Partai Amanat Nasional pada Kongres PAN April 2015 mendatang
Prestasinya yang memperoleh penghargaan sebagai menteri terbaik pada zaman Megawati dan SBY, sebagai menko perekonomian membawa ekonomi Indonesia menjadi terbaik ke 17 dunia dan masuk dalam kelompok negara G20, negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua setalah China.
Di internal PAN di bawah kepemimpinan Hatta Rajasa yang egaliter juga berhasil mengerek perolehan suara PAN dari 6,2 juta pada pemilu 2009 menjadi 9,5 juta pada Pemilu 2014.
PAN di bawah kepemimpinan Hatta, bisa dibilang tampil mejadi kekuatan politik yang diperhitungkan dan disegani kawan maupun lawan karena keluwesan pergaulannya. Terbukti mampu tampil mejadi calon wakil pesiden berpasangan dengan Prabowo subianto meski kalah namun perolehan suara sebesar 63 juta hanya selisih tipis dengan presiden terpilih.
Secara eksternal, meski PAN dalam Pemilu 2014 ini memperoleh peringkat kelima dalam perolehan kursi namun mampu menempatkan kadernya menjadi ketua MPR dan wakil ketua DPR. Dukungan yang terus mengalir dari DPW dan DPD PAN dari berbagai daerah dan desakan dari anak anak muda PAN agar Hatta Rajasa tampil kembali memimpin PAN tidak bisa dinafikan sebagai dukungan arus bawah yang terus membesar.
Terakhir saya yang hanya pemilih partai PAN di setiap konpetisi politik hanya mengajak kepada seluruh kader muda PAN agar mewaspadai orang-orang yang akan merusak PAN dari dalam. Supaya Konggres PAN di Bali yang sudah kondusif bisa berjalan dengan baik.
Salaam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H