Lihat ke Halaman Asli

Apriliana Limbong

Aktivis Sosial dan Kemasyarakatan

Twitter dan Youtube Pilih Turki atau Indonesia?

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Turki menjadi perhatian besar pemerintah Amerika, setelah perdana menteri Erdogan marah terhadap situs media sosial Twitter. PM Turki itu sakit hati karena kelompok oposisi di negerinya memanfaatkan Twitter untuk menyerangnya, memfitnahnya, dan menghujatnya dengan tuduhan korupsi. Kemarahan PM Turki itu bukan kemarahan biasa, karena kemudian pemerintahannya membloki Twitter. Seluruh warga Turki tidak bisa lagi mengakses media sosial tersebut.

Bahkan presiden Obama turun tangan terhadap aksi Turki tersebut. Dia kecewa. Btw, Obama adalah salah satu pemimpin dengan follower terbanyak di Turki, di bawahnya ada presiden SBY sebagai nomor 2. Erdogan sendiri kalau tidak salah berada di posisi ke-3 pemimpin dengan jumlah follower terbanyak. Obama menyebut Turki tidak demokratis dengan memblokir Twitter. Hujatan dan serangan juga makin keras di dalam negeri Turki dan menyebut tindakan pemerintah Erdogan sebagai yang paling tidak demokratis dalam sejarah Turki modern.

Seharusnya Erdogan belajar kepada SBY, hehe. Secara tweeps yang menghina, menghujat, menyerang, dan sejenisnya, biasa banget terhadap SBY. Tapi apa yang dilakukan SBY? Sebagian besar dicuekkin, sebagian ditanggapi dengan santai, sebagian lagi diajak bijak, sebagian keciiiiiiil yang ditindaklanjuti, dan yang dianggap keterlaluan serta berisi fitnah serius, SBY memilih jalur hukum. Jumlahnya hanya satu atau dua kasus saja. Jalur hukum yang dipilih pun sangat ringan, diawali dengan somasi atau peringatan saja.

Sepertinya tidak ada tuh niat SBY dan pemerintahan kita untuk menutup Twitter, atau media sosial dan internet. Hal itu akan mencederai semangat demokrasi, yang memang dijunjung tinggi masyarakat dan pemerintah kita. Pemerintah hanya menutup situs-situs porno, yang sebagian besar orang juga setuju untuk dilakukan dan tidak ada hubungannya dengan semangat demokrasi.

PM Turki memperlihatkan arogansi kekuasaan. Tidak arif, tidak bijaksana, tidak demokratis. Jauh berbeda dibanding sikap pemerintahan Indonesia, dengan presidennya SBY, yang meskipun dihujat, dicerca, dicacimaki, difitnah... tidak pernah menunjukkan arogansi seperti pemerintahan Turki. Padahal, Turki juga mengklaim sebagai negara demokrasi, negara dengan kultur yang lebih modern karena menjadi bagian dari Eropa. Ternyata, masih kalah jauh ya dibanding demokrasi negara kita. Beruntung deh kita masih bisa bebas main media sosial. Semoga saja pemerintahan berikutnya, minimal sama dengan sikap pemerintahan SBY. Nggak kebayang deh, kalau pemerintahan baru bersikap seperti PM Turki.

Belakangan, Turki mencabut blokir terhadap Twitter. Entah karena tekanan dari Amerika, atau tekanan dari publik dalam negeri, atau mungkin karena diskusi dengan SBY hehehe. Mungkin mereka menyadari bahwa blokir terhadap Twitter tidak menyelesaikan masalah. Publik Turki pun senang. Tapi kegembiraan itu hanya sesaat... karena setelah membuka blokir Twitter PM Turki itu malah kemudian memblokir Youtube.

Hehehe, Twitter dan Youtube pasti makin kesal dengan sikap Turki. Yuk, Twitter dan Youtube pilih Indonesia saja. Di sini mah, lebih demokratis!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline