Lihat ke Halaman Asli

Apriliana Limbong

Aktivis Sosial dan Kemasyarakatan

Bukti-bukti Presiden (Tidak?) Peduli Bangsanya!

Diperbarui: 18 Juni 2015   04:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam 10 tahun terakhir, Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang positif. Bahkan, besaran ekonomi Indonesia mampu mengalahkan banyak sekali negara maju. Bank Dunia mencatat, berdasarkan indikator daya belinya, pada tahun 2014 ini Indonesia menduduki posisi ke-10 sebagai negara ekonomi terkuat di dunia. Sebuah pencapaian yang boleh disebut luar biasa; karena belum pernah dicapai selama ini, alias baru pertama kali dalam sejarah; dan dalam kondisi perekonomian dunia yang lesu.

Tapi sayang, pencapaian bidang ekonomi itu belum diimbangi oleh peningkatan di sektor lainya. Sejumlah indikator kemajuan lainnya masih tumbuh di bawah angka pertumbuhan ekonomi. Misalnya, peningkatan indeks pembangunan manusia atau biasa disebut IPM. Dalam beberapa tahun terakhir ini, IPM Indonesia memang meningkat tapi masih jauh dari kondisi ideal. Seberapa besar kepedulian pemerintah, khususnya presiden dalam meningkatkan IPM Indonesia? Pedulikah pemerintah termasuk presiden terhadap peningkatan kualitas bangsanya?

Data IPM dari tahun ke tahun (terjadi perubahan setelah 2008 karena formula perhitunganya berubah).

1.Tahun 1980 = 0,522

2.Tahun 1985 = 0,562

3.Tahun 1990 = 0,624

4.Tahun 1995 = 0,658

5.Tahun 2000 = 0,673

6.Tahun 2003 = 0,709

7.Tahun 2004 = 0,714

8.Tahun 2005 = 0,723

9.Tahun 2006 = 0,729

10.Tahun 2007 = 0,734

11.Tahun 2008 = formula perhitungan baru diberlakukan

12.Tahun 2009 = 0,593

13.Tahun 2010 = 0,600

14.Tahun 2011 = 0,617

15.Tahun 2013 = 0,629

Sejak menjabat sebagai presiden pada 2004 lalu, SBY langsung memprioritaskan peningkatan kualitas pendidikan. Salah satunya dengan merealisasikan anggaran pendidikan yang 20% sesuai dengan undang-undang. Sejarah mencatat, bahwa pada masa pemerintahan SBY-lah yang pertama kali melaksanakan dan mewujudkan anggaran pendidikan 20%. Dana pendidikan meningkat berkali-kali lipat. Yang pertama kali terkena dampak dari kebijakan itu adalah meningkatkan penghasilan para pendidik (guru dan dosen). Kesejahteraan pendidik di berbagai daerah naik secara drastis. Profesi pendidik bukan lagi anak bawang. Profesi tersebut naik level, naik gengsinya, dan naik pamornya. Minat generasi muda menjadi pendidikan pun meningkat. Bukan lagi generasi yang terpaksa menjadi pendidik (guru).

Aspek lain yang berubah dari anggaran 20% itu adalah pembiayaan pendidikan di level pendidikan dasar dan menengah. Seluruh sekolah dasar dan menengah pertama milik negara (sekolah negeri) tidak lagi memungut biaya pendidikan (SPP) dari orang tua alias gratis. Sebuah fakta yang akan tercatat dalam tinta sejarah bahwa pada masa pemerintahan SBY-lah di seluruh Indonesia, untuk pertama kalinya masyarakat bisa leluasa menyekolahkan anaknya secara gratis untuk tingkat SD dan SMP.

Bahkan dampak dari realisasi anggaran pendidikan 20% itu juga dialami oleh sekolah swasta. Pemerintah menerapkan program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dikucurkan bukan hanya untuk sekolah negeri, melainkan juga untuk sekolah swasta. BOS membantu sekolah meringankan biaya operasional pendidikan secara signifikan. Janji-janji kampanye oleh sejumlah calon pemimpin (baik calon kepala daerah maupun calon kepala pemerintahan/presiden) sudah usang jika akan membuat program sekolah gratis. SBY sudah menjalankannya mulai dari SD sampai SMP. Bahkan untuk siswa miskin yang bukan hanya tidak mampu membayar SPP namun juga tidak mampu membeli buku, membeli seragam sekolah, membeli peralatan lainnya atau bahkan tidak mampu membayar ongkos pergi pulang ke sekolah, SBY juga membuat program BSM alias Bantuan Siswa Miskin. Sebagian anak miskin kini sudah bisa sekolah, minimal sampai SMP.

Bagaimana dengan level pendidikan SMA dan perguruan tinggi? Pemerintah SBY memang belum mampu menggratiskan pendidikan secara menyeluruh untuk level SMA dan perguruan tinggi. Anggaran pendidikan yang sudah dinaikkan sampai 20% ternyata belum cukup. Semoga ke depan, pemerintahan yang akan datang mampu menjalankan program pendidikan gratis sampai perguruan tinggi. SD dan SMP sudah dipenuhi oleh pemerintahan SBY. Pemerintah berikutnya tinggal melanjutkan!

Tapi pemerintahan SBY tetap memikirkan pendidikan terjangkau untuk siswa miskin namun punya prestasi baik. BSM tadi misalnya, lebih banyak diserap oleh siswa level SMA. Mereka yang tidak mampu melanjutkan ke jenjang SMA karena ekonomi yang pas-pasan, bisa melanjutkan lewat program BSM. Jumlahnya sudah mencapai ratusan ribu siswa setiap tahun. Lalu untuk level perguruan tinggi, pemerintahan SBY melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuat program khusus untuk beasiswa mahasiswa miskin berprestasi yaitu Bidikmisi. Program ini juga terbukti mampu memberikan beasiswa kepada puluhan ribu mahasiswa di seluruh Indonesia, setiap tahunnya.

Menjelang berakhirnya masa kepemimpinan, SBY masih tetap memikirkan pendidikan anak bangsa. Dia merasa belum cukup meningkatkan level intelektual bangsanya. Indonesia masih kekurangan sarjana, kekurangan master/magister dan kekurangan manusia bergelar doktor/S3. Maka tahun ini, presiden SBY berinisiatif membuat program beasiswa khusus untuk mahasiswa magister dan doktoral di kampus-kampus bergengsi, dengan nama Beasiswa Presiden (Presidential Scholarship). Setiap tahun, program ini akan memberikan sekitar 150 beasiswa bagi mahasiswa berprestasi untuk melanjutkan pendidikan S2 dan S3 ke perguruan tinggi bonafid di luar negeri.

Dengan berbagai program itu, pemerintahan SBY tentu sangat berharap bahwa kualitas manusia Indonesia akan terus meningkat. Kondisi ekonomi yang terus membaik, pasti akan berkorelasi positif dengan peningkatkan kualitas manusia Indonesia. Meski lambat, namun pasti bahwa indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia juga akan meningkat. Memang butuh kerja keras dan perhatian besar dari pemerintah, membenahi kualitas manusia Indonesia. Semoga program Indonesia Pintar pemerintahan mendatang, lebih baik dibanding program pendidikan pada masa pemerintahan SBY. Kalau sama saja, mendingan program-program pemerintahan SBY yang dilanjutkan... ada progresnya kok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline