Lihat ke Halaman Asli

Titik Temu

Diperbarui: 29 Juli 2020   18:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Temu itu saling bertamu. Seperti halnya dua garis berlawanan arah yang berada pada jalur sama namun terpisahkan ribuan spasi, membersamai waktu untuk merancang kapan akan bertemu. Itu pun kalau masih setia pada arah yang sama karena selama jeda panjang akan ada titik dan koma yang terlihat indah untuk disinggahi di persimpangan jalan.

Perkara nama-nama yang seringkali berlabuh di samudera hati, pada masanya selalu diyakini bahwa ialah yang terbaik, namun selalu saja ada hadir lain datang silih berganti. Sebenarnya kita tak tau apa-apa tentang nanti yang selalu kita nanti. Karena pada dasarnya semua catatan hidup telah tertulis rapi oleh Sang Maha Kuasa.

Manusia selalu mencari apa-apa yang pas untuk dirinya. Memang itulah kebanyakan yang dilakukan untuk mencari kenyamanan dalam hidup. Jika tidak suka ya tinggalkan. Jika suka ya menetap. Semudah itu kata temu berlaku. 

Terlampau keinginan untuk mendapatkan yang terbaik, sudahkah diri kita menjadi versi terbaik itu sendiri? Sudahkah diri kita menjadi baik untuk orang-orang yang kita sebut baik? Semesta selalu bekerja sesuai kinerja kita, sesuai perintah dariNya.

Sebelum kita sampai pada titik temu yang diinginkan, maka jadikanlah diri kita sebagai titik yang orang ingin temui pula. Titik pemberhentian terbaik untuk membangun sebuah armada kehidupan yang baru. Mengarungi ombak pertama memang terasa mudah, hingga ombak kedua, ketiga, dan selanjutnya mulai terasa melelahkan. 

Seperti kau mulai merasakan pahitnya pelayaran ini. Ingin kembali ke daratan sudah terlanjur jauh, ingin tetap melaju tak kuat lagi. Jika memungkinkan, lanjutkanlah. Semua yang terasa sulit terkadang jelmaan sebuah ujian agar kita bisa naik level menjadi hambaNya yang bertakwa. Temukan manisnya perjuangan bersama titik yang telah kau temui sebagai tempat terakhir pencarianmu itu.

Ya, semua uraian tentang titik temu di atas bisa kita lihat dalam sebuah realita kehidupan tentang jodoh. Kita mencari titik yang pas hingga segala temu dengan yang lain terlampaui. Setelah merasakan sebuah keyakinan yang mendalam, kita memutuskan untuk berhenti di titik itu.

Awal terasa indah, lama-lama ada sesuatu yang belum pernah kita lihat. Lelah dan bosan mulai terasa. Di titik itulah, kita akan berproses dalam menghadapi setiap lika-liku yang ada. Entah berhenti atau berlanjut, semua lebih baik didasarkan dengan memohon petunjuk dariNya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline