Lihat ke Halaman Asli

Aprilia Aulia Putri

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dakwah Politik Gerakan Wahabi: Upaya dan Cita-cita

Diperbarui: 8 Juli 2023   10:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan zaman dan pemikiran makin meningkat. Berbagai inovasi yang muncul dalam otak pikiran manusia makin tak terkendali, teknologi-teknologi terkini hadir dan ideologi-ideologi masyarakat makin berkembang bebas. Ideologi masyarakat terasah mengikuti perkembangan yang ada. Bahkan agama yang pada dasarnya turun dari langit langsung bisa mengalami perubahan yang terjadi akibat dampak ini. Muncul penamaan baru bagi agama, muncul ajaran-ajaran baru yang menyesatkan, yang tidak sesuai dengan apa yang sudah diturunkan dimasa lalu. Namun tak munafik, perkembangan zaman memudahkan hidup manusia di muka bumi dalam menjalani kehidupan sosial mereka.

Perbedaan kelompok agama menjadi Boomerang bagi kita, kaum muslimin. Hingga timbul dibenak kita,'ikut ajaran yang mana ya kita?'. Bahkan Rasulullah Saw sudah memperkirakan perpecahan agama Islam menjadi 73 golongan, dan dari sekian banyak kelompok tersebut hanya satu di akhirat kelak yang akan ditempatkan dan dimasukkan ke dalam surga-Nya. Namun dari banyaknya kelompok agama yang muncul memiliki latar belakang yang patut kita lirik, pendirian gerakan wahabi contohnya.

Gerakan wahabi didirikan oleh seorang ulama berpendidikan asal Najed, Saudi Arabia. Latar belakang yang mendorong ia membentuk kelompok pemurnian tauhid disebabkan penemuan-penemuannya dalam perjalanan menuntut ilmu di berbagai daerah di Saudi Arabia, yang kita tahu inilah tanah suci yang Allah menurunkan agama Islam kepada rasul-Nya. 

Selama perjalan menuntut ilmu, tak jarang ia melihat ketimpangan dalam perilaku masyarakat. Ia mendapatkan masyarakat kala itu beramai-ramai menziarahi makam ulama untuk meminta doa dan berkah di atas liang lahatnya. 

Mereka berdoa bermunajat kepada yang sudah mati, yang pastinya tidak akan mendengarkan doa mereka, mendengar saja sudah tidak bisa, bagaimana mengabulkan doa mereka?. Hal ini lah yang menyebabkan Muhammad Ibnu Abdul Wahhab sekembalinya ke Tanah lahirnya ia berusaha menumbuhkan nilai-nilai tauhid yang benar, namun tak jarang usaha beliau ini diikuti dengan kekerasan dan paksaan, hingga menyebabkan ia terusir dari tempat tinggalnya sendiri.

Bertahun-tahun lamanya gerakan ini pun membesar di Saudi Arabia berkat bantuan penguasa Najed kala itu. Pengikut yang banyak dalam gerakan ini menjadi kekuatan ekspansi mereka dalam ranah politik. Hingga akhirnya merekapun berhasil menguasai Najed bahkan Iraq melalui gerakan pemurnian tauhid. Kemudian gerakan tersebut melebarkan sayapnya ke negara-negara lain, hingga sampai di Indonesia.

Di Indonesia mereka menarik pengikut baru  melalui jalur pendidikan. Sekolah-sekolah mulai mereka bangun untuk melangsungkan dakwah dan regenerasi pengikut. Namun tak menutup fakta bahwa dalam berdakwah di Indonesia mereka juga tak lepas dari kekrasan dan bahkan pemboman di wilayah tertentu, seperti pemboman di Bali yang dilatar belakangi betuk balas dendam atas peristiwa di Poso. Kemudian pengeboman di gedung kedubes Afganistan yang terletak di Jakarta, yang disebabkan pemerintah Afganistan mengganggu kamp pelatihan militer Wahabi di Afganistan.

Dakwah gerakan politik wahabi berfokus untuk mendirikan negara Islam yang menjalankan syariat Islam (Islam yang kaffah) seutuhnya di kehidupan bernegara. Politik Wahabi di Indonesia di munculkan melalui parta politik yang awalnya dinamakan Masyumi. Namun lambat lain Masyumi hancur dan digantikan dengan partai baru. Yang menjadi perhatian, pasti partai usungan gerakan ini, ber doktrin untuk mendirikan negara Islam yang menjalankan syariatnya.

Tujuan mereka memang baik namun usaha dan ajarannya yang keras dan melenceng membuat gerakan mereka dikecam oleh negara republik Indonesia. Penghalalan darah umat muslim dan non muslim yang tidak mau mengikuti ajakan dan peringatannya menjadikan gerakan wahabi berbahaya dan tentu sudah melampaui batas.

Hal ini tentu menjadi ancaman bagi keutuhan negara kita. Untuk melancarkan aksinya, mereka tentu membutuhkan masa yang banyak sebagai pendukungnya. Tak heran wadah paling mudah mendoktrin seseorang adalah melalui pendidikan. Di sekolah-sekolah tinggi bahkan menjadi sasaran utama pengkaderan gerakan wahabi. Dengan harapan mahasiswa yang kritis dan berjiwa semangat yang tinggi menjadi senjata mereka. Maka jangan heran bila dikehidupan kampus kita menemukan berbagai pandangan orang-orang yang berbeda dan kadang mengarah ke liberal, karena pemuda bangsa lah umpan terbaik bagi pelaku-pelaku perubahan. Seperti mengutip dari perkataan Ir. Soekarno, yang mengatakan "Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline