Seorang mahasiswi salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta dengan inisial AZ (22) , ditemukan tewas diduga bunuh diri dengan cara gantung diri di kamar kosnya, Bantul, Yogyakarta pada 31/3/2024, Ahad malam.
Kasi Humas Polres Bantul AKP I Nengah Jeffry Prana Wijaya menyebutkan bahwa korban meninggal sekitar 2 hari yang lalu. Pihak kepolisian menemukan sebuah petunjuk di kamar mandi, berupa surat tulisan tangan korban yang berisi kekecewaan diputus pacar (Kompas.com, 9/06/2024).
Di Bandung, mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) Telkom University ditemukan tewas di kamar kosnya pada Minggu malam, 2/06/2024.
Direktur Sekretariat dan Perencanaan Strategis Telkom University, Anisah Firli, menyebutkan bahwa mahasiswa tersebut dinilai selalu berperilaku baik dan memiliki prestasi akademik yang bagus (Tempo.co, 9/06/2024).
Di Malang, seorang mahasiswa berinisial MAS (24) nekat mengakhiri hidup dengan menceburkan diri di aliran sungai Brantas pada Jumat, 6/01/2024.
Kasat Reskrim Polres Malang AKP Gandha Syah Hidayat menyebut bahwa korban tercatat sebagai mahasiswa aktif semester 9 di salah satu perguruan tinggi negeri di Malang. Korban mengalami tekanan dan depresi akibat dari skripsi yang tak kunjung selesai (Detik.com, 9/06/2024).
Deretan kasus bunuh diri oleh mahasiswa diatas, tidak hanya merenggut potensi yang belum terwujud, tetapi juga menandakan kegagalan kita sebagai masyarakat dalam memberikan dukungan yang memadai bagi kesehatan mental.
Bagaimana kesehatan mental menurut WHO ?
WHO (The World Health Orgganization) mendefinisikan kesehatan mental sebagai kondisi kesejahteraan individu yang menyadari potensinya sendiri, dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat bekerja secara produktif dan berbuah, dan mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya.
Karakteristik mental yang sehat Menurut WHO:
- Mampu belajar sesuatu dari pengalaman
- Mampu beradaptasi
- Lebih senang memberi daripada menerima
- Lebih cenderung membantu daripada dibantu
- Memiliki rasa kasih sayang
- Memperoleh kesenangan dari segala hasil usahanya
- Menerima kekecewaan dengan menjadikan kegagalan sebagai pengalaman
- Selalu berpikir positif (positive thinking)
Faktor-faktor yang mungkin memicu kasus bunuh diri mahasiswa bisa bermacam-macam. Pertama-tama, tekanan akademik yang tinggi seringkali menjadi beban berat bagi mahasiswa. Mulai dari tuntutan untuk meraih prestasi akademik yang tinggi, tuntutan untuk lulus tepat waktu, ditambah lagi dengan ekspektasi yang diletakkan pada pundak mahasiswa seringkali melebihi kapasitas mereka untuk menghadapinya.