Oleh : Nur Fitriyana, M.Psi., Psikolog., Mahesa Safitri, Ratih Kurnia Septiana dan Witri Muliana
Model pembelajaran Student Team Achievement Division atau bisa disingkat dengan STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana ini dikembangkan oleh R. Slavin, dan merupakan model yang paling baik untuk pemulaan bagi para guru yang baru menggunakan menggunakan pendekatan kooperatif.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan demikian, diharapkan siswa dapat lebih menguasai materi yang diberikan.
Menurut Rusman, Student Team Achievement Division (STAD) merupakan suatu metode generik tentang pengaturan kelas dan bukan metode pengajaran kompeherensif untuk subjek tertentu, guru menggunakan pelajaran dan materi mereka sendiri.
Gagasan utama dibalik model STAD adalah untuk memotivasi para siswa untuk mendorong dan membantu antara satu sama lain untuk menguasai suatu keterampilan yang disajikan oleh guru. Jika para siswa menginginkan agar kelompok mereka mendapat penghargaan, maka mereka harus membantu teman sekelompoknya mempelajari materi yang diberikan.
Pembelajaran kooperatif model STAD terdiri dari lima tahapan utama, yaitu sebagai berikut :
- Presentasi kelas, materi pembelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan media pembelajaran (bisa berupa media audiovisual, visual, audio)
- Kerja kelompok, kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan berkelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan LKS (lembar kerja siswa) yang diberikan oleh guru. Kelompok diharapkan dapat bekerja sama sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pembelajaran
- Tes, setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam pelaksanaan tes, siswa tidak diperkenankan untuk saling membantu.
- Peningkatan skor individu. Setiap anggota kelompok diharapkan memperoleh skor tes yang tinggi karena skor ini akan memberi kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok.
- Penghargaan kelompok, diberikan pada kelompok yang memperoleh skor tertinggi.
Kelebihan model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) menurut Roestiyah (2001) :
- Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
- Memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.
- Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.
- Dapat memungkinkan guru untuk lebih memerhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya.
- Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan lebih aktif dalam berdiskusi.
- Dapat memberikan kesepmatan pada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya dan menghargai pendapat orang lain.
Kekurangan model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD), menurut Yurisa (2010):
- Siswa tidak terbiasa dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif STAD.
- Alokasi waktu kurang mencukupi.
- Guru mengalami kesulitan dalam menciptakan situasi belajar kooperatif.
- Siswa kurang dapat bekerja sama dengan orang yang tidak akrab.
- Adanya dominasi dari siswa yang lebih pandai.
Dampak baik jangka panjang yang dapat diperoleh dari model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) :
- Meningkatakan kepekaan dan kesetiakawanan sosial
- Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
- Memudahkan siswa melakukan penyesuaian.
- Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
- Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan egois.
- Membangun persahabatan yang dapat berkelanjutan hingga masa dewasa.
- Berbagi keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membtuhkan dapat diajarkan dapat dipraktekkan.
- Meningkatkan rasa saling percaya antar sesama manusia.
- Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.
- Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasa lebih baik.
- Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agaman, dan orientasi tugas.
Juliana et al (2017) menyatakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu (1) faktor internal dan (2) faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang datang dari dalam diri siswa antara lain minat, bakat, motivasi, kecerdasan atau intelegensi. Keberhasilan siswa dalam belajar sangat dipengaruhi oleh minat yang dimiliki, bakat yang merupakan suatu kemampuan yang dimiliki siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan, moivasi adalah suatu kekuatan yang ada pada diri siswa yang dapat mempengaruhi tingkah laku untuk melakukan kegiatan yang menjadi tujuan, kecerdasan atau intelegensi adalah kemampuan dasar yang dibawa sejak lahir dan sangat menentukan kualitas belajar. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajarnya. Faktor eksternal yang dimaksud meliputi guru, metode, kurikulum, sarana prasarana, dan lingkungan belajar. Dalam proses pembelajaran guru mempunyai peranan yang sangat penting, dan guru harus mampu mengupayakan situasi dan suasana belajar yang aman, nyaman, inovatif, kreatif, dan menyenangkan sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik sehingga akan berdampak pada peninhkatan hasil belajar yang diperoleh.