Lihat ke Halaman Asli

Apriani Dinni

Rimbawati

Prasangka Membawa Duka

Diperbarui: 23 Agustus 2022   22:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh Kat Smith

Apa yang kau lihat hanyalah prasangka membawa duka, hapus prasangka yang ada, agar tidak membawa luka.

Tidak ada istilah merawat kenangan seperti prasangka.
Buku diary yang sudah kututup, biarlah tetap tertutup rapat, jangan kembali dibuka agar tidak ada yang terluka.

Masa lalu sudah berlalu dan aku ingin melangkah dari masa kini ke masa depan bersamamu

Genggam erat jemariku, jangan pernah lepaskan genggaman, agar kau yakin bahwa aku tidak pernah keluar dari barisan untuk membuka pintu masa lalu.

Seringkali mulut ini terkunci, demi prasangka, kau tutup mata pada yang sesungguhnya terjadi.

Tidak ada topeng yang kukenakan saat bersamamu. Karena topeng-topeng itu sudah lama terkubur di masa lalu.

Hapus duka yang membawa luka, sebab diary yang kau baca tentang senja yang menari bersama malam dan juga rintihan bumi yang merindukan hujan sesungguhnya hanyalah fatamorgana.

Bibir ini selalu berkata yang sebenarnya, tak mungkin apel hijau menyatu bersama apel merah dengan sendirinya.

Pedagang sudah memilah, mana apel hijau dan mana apel merah. Kalau iya tangan ini meletakkan kembali sebuah apel, tentu sudah sesuai jenisnya. Sebab tak mungkin apel hijau bersama apel merah menyatu di tempat yang sama.

Buang jauh-jauh prasangka membawa duka, ini bukan cerita tentang senja, malam hujan dan juga tarian pepohonan yang tertiup angin kemarau seperti yang selama ini kau kira.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline