Taukah engkau, puisiku tanpa syair, aku biarkan mereka terdiam, tanpa aksara.
Untuk melukiskan indahnya pelangipun jemari tak sanggup meliukkan pena.
Bagiku kehidupan adalah syair tanpa kata, ingin kugoreskan dalam aksara bermakna.
Bila aku, engkau hentikan menarikan pena, taukah engkau? Engkau binasakan aku secara perlahan, bagai ikan menggelepar di daratan.
Aku tak pernah memaksa sang Pencipta menurunkan hujan ketika kemarau. Pun tak pernah bibir ini memaksa untuk engkau goreskan tulisan bermakna.
Biarlah puisi ini tanpa syair karena bagiku engkau syair kehidupan.
Saat ini aku biarkan puisiku tanpa rasa
ADSN1919
Catatan :tayang di secangkirkopibersama.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H