Lihat ke Halaman Asli

Apriani Dinni

Rimbawati

Puisi | Delapan Ratus Jejak Diri

Diperbarui: 7 Juni 2020   14:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

wallpaperbetter.com

Tujuh ratus sembilan puluh sembilan jejak diri tertancap, bagai anak panah melesat dari busurnya mengukir jejak tak terhapus. Ujung panah terkadang runcing menancap kokoh, terkadang pula tumpul.

Satu anak panah kembali melesat, delapan ratus sudah anak panah lepas dari busurnya, biarkan anak panah itu melesat jangan pernah hapus jejaknya karena ia akan binasa secara perlahan.

Jangan pernah patahkan anak panah yang telah melesat, biarkan  anak panah menemui sasarannya. Jejak diri akan menjadi sejarah bahwa ia pernah ada.

Merpati pemberi kabar selalu menyapa dengan suara merdunya, reribu aksara menjelma menuju, membungkus anak panah yang melesat. Jejak diri tertancap kokoh dalam lautan aksara, tenggelam bersama dalam kesunyian.

Delapan ratus sudah menjejakkan diri dalam lautan aksara.

ADSN1919

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline