Tujuh ratus sembilan puluh sembilan jejak diri tertancap, bagai anak panah melesat dari busurnya mengukir jejak tak terhapus. Ujung panah terkadang runcing menancap kokoh, terkadang pula tumpul.
Satu anak panah kembali melesat, delapan ratus sudah anak panah lepas dari busurnya, biarkan anak panah itu melesat jangan pernah hapus jejaknya karena ia akan binasa secara perlahan.
Jangan pernah patahkan anak panah yang telah melesat, biarkan anak panah menemui sasarannya. Jejak diri akan menjadi sejarah bahwa ia pernah ada.
Merpati pemberi kabar selalu menyapa dengan suara merdunya, reribu aksara menjelma menuju, membungkus anak panah yang melesat. Jejak diri tertancap kokoh dalam lautan aksara, tenggelam bersama dalam kesunyian.
Delapan ratus sudah menjejakkan diri dalam lautan aksara.
ADSN1919
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H