Tik...tik...tik. Detik demi detik telah berlalu Suara hujan terdengar bergemericik
Bagai palu bertalu-talu
Sang kekasih menatap mesra
Ternyata purnama masih bulat
Pertanda hati tidak mendua
Tetap satu ikat
Tak hiraukan banyak cibiran
Dari bibir-bibir usang
Pencari satu kesalahan
Enyahlah jangan pernah bertandang
Menatap tatapan sinis
Terasa mencubit-cubit hati
Jangan harap pergi memelas
Sepasang tangan genggam jemari
Yakinlah bersama kita kuat
Meski bersahabat badai
Sepasang mata saling bertatap
Hati semakin damai
Adsn1919
Catatan: puisi ini tayang juga di secangkirkopibersama.com dengan versi berbeda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H