Masih purnama yang sama, ketika dulu pertama kali engkau titipkan dipangkuan, sempurna bulatnya. Tak pernah sedikitpun berubah, masih seperti dulu dengan rasa yang sama. Purnama dalam dekapan, selalu.
Lihat dan pandanglah, tak ada goresan sedikitpun, meski luka ingin menyimpan jejak. Gemeretak rasa ingin meremas, keinginan. Purnama masih utuh.
Tersimpan dalam bejana kaca, memandang tak tersentuh, rasa merasakan. Dapat kurasakan segar dan renyahnya apel hijau yang engkau perlihatkan padaku dalam kulkas, tak menyentuh, begitu pun purnama yang engkau titipkan.
Mendekap purnama, dekapan rasa, serasa dalam dekapan, biarlah.
Adsn1919
Catatan : Puisi ini juga tayang di Secangkir Kopi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H