Membaca karya sastra kita dapat melihat kehidupan manusia di masa lampau dan melalui karya sastra kita dapat menyampaikan suatu pesan, kritik, dan pengalaman-pengalaman hidup lainnya.
Sebuah karya sastra yang berbentuk novel dapat membawa kita untuk turut merasakan situasi zaman yang mengerikan, salah satunya buku novel Animal Farm ditulis oleh George Orwell yang telah dianugerahi Retro Hugo Award (1996) katogeri novel terbaik dan Prometheus Hall of Fame Award (2011).
Judul Buku : Animal Farm
Penulis : George Orwell
Penerjemah : Prof Bakti Seomanto
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan Kesembilan, Februari 2020
Orwell menulis ceritanya dengan menggunakan metafora binatang sebagai alat kamuflase sejarah yang sesungguhnya, ia menuliskan proses peralihan kekuasan di Rusia dari pemerintahan Tsar Nikolas yang dianggap sebagai penguasa tiran ke pemerintahan Uni Soviet yang memiliki ideologi komunisme, yang tak ada bedanya dengan penguasa sebelumnya.
Orwell seorang yang menganut paham Sosialisme Demokratis, dalam novelnya ia mengkritik pemerintahan Uni Soviet dan menceritakan pengalamannya selama dia hidup di Inggris.
Lebih lanjut, cara Orwell bercerita menggunakan alegori fabel.
Diawal cerita, George sudah memperkenalkan salah satu tokohnya yang bernama Pak Jones secara tersirat yang dia maksudkan adalah Tsar Nikolas, kemudian muncullah yang bernama Mayor tua sebagai Karl Marx dan Lenin, disusul lagi Snowball dan Napoleon sebagai Leon dan Stalin yang ingin menguasai Uni Soviet, Mollie yang berpihak pada kaum borjuis, Squealer sebagai perwakilan harian Pravda yang pada saat itu alat deseminasi pemerintahan dan tokoh-tokoh lainnya.
Topik buku ini sangat menarik, karena peristiwa sejarah dibungkus dalam bentuk cerita. Selain itu, George sangat kreatif menggunakan berbagai binatang dalam pemilihan tokohnya, seperti Babi yang identik dengan sifat serakah dia jadikan sebagai seorang pemimpin, kuda yang identik dengan pekerja keras dia jadikan seorang pemimpin, dan anjing identik dengan kekerasan dan lain sebagainya.
Pada dasarnya, novel ini novel satir untuk disampaikan pada penguasa yang totaliter. Dan novel ini mengisahkan semangat untuk menjalankan sebuah revolusi.
Terakhir saya ingin menyampaikan sebuah kutipan dari buku ini, "Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengonsumsi tanpa menghasilkan. Ia tidak memberi susu, ia tidak bertelur, ia terlalu lemah menarik bajak, ia tidak bisa lari cepat untuk menangkap terwelu. Namun, ia adalah penguasa atas semua binatang. Manusia menyuruh binantang bekerja, dan mengembalikan seminimal mungkin hanya untuk menjaga supaya binatang tidak kelaparan, sisanya untuk manusia sendiri."