Lihat ke Halaman Asli

Mina Apratima Nour

:: Pluviophile & Petrichor ::

Haribaan Bentala

Diperbarui: 18 Mei 2020   21:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(image: Fine Art America)

Nanti, Ar, di haribaan bentala, kamar-kamar tercipta untuk satu raga. Kepulangan yang sebenar-benarnya. Sementara daksa menjelma kunarpa, doakan aku di setiap malamnya. Seakan aku masih bisa mendengar, lantun syadu dari ranum bibirmu.

Jangan bersedih, Aruna!
Sebelum cinta, kita telah belajar kehilangan segala. Dersik angin kemarau menggeragas daksa. Pun hujan airmata, telah khatam kita maknai sebagai pelepas lara. Gumpalan sunyi sudah sebegitu lekat dalam jiwa, Ar. Jingga senja tak mampu mengabadikan semara...

Kalau nanti itu tiba, Ar... Dengan sukacita kusambut lengan mair yang menjulur tanpa ulur. Usai sudah lakon dalam buana, tempat semua bermula. Pulangku pada muara, kelak kau tasbihkan sebagai hari paling nestapa. Bahagia kita, selesai dalam satu masa...

- Jakarta, 18 Mei 2020 -

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline