Lihat ke Halaman Asli

Mina Apratima Nour

:: Pluviophile & Petrichor ::

Kerlip Manikam

Diperbarui: 31 Maret 2020   15:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(image: Pumpernickel Pixie)

Tuan, rasa tak linear. Ia masih embara di rumpang hati tanpa rua. Membakar bara karsa di rimbun aksara. Maaf, aku ingkar. Yang tak padam tak bisa kupaksa hilang. Kau tetap hidup dalam nafas-nafas imaji. Kusembunyikan pada palung paling dalam. Yang mereka lihat hanyalah karam.

Tak apa-apa kan, Tuan?

Kumakamkan kerlip manikam di nyalang netramu. Mengkristal pada sudut ingatan. Pada jejak kenangan. Pada apa saja yang membuatnya abadi... Karena engkau milik kemarin. Segala yang pernah menjadi amin dalam setiap ingin.

Hei, Tuan... Biarkan dingin membasahi sekujur daksa. Meresap penuh di antara rumpang atma. Kala baskara bersua, engkau menjelma bara...

Semara tak bernama. 

- Jakarta, 10 Januari 2020 -

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline