Lihat ke Halaman Asli

Mina Apratima Nour

:: Pluviophile & Petrichor ::

Lengkara dalam Aksioma

Diperbarui: 27 Desember 2018   08:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(images: clickin moms)

Desember 2018.

Aku rindu kau. Laksana jentayu menantikan hujan. Tapi kita sebuah lengkara. Tak punya masa. Hitam pegam tanpa gemintang. Di dunia nyata pun fana. Hei, penghujung tahun tak pernah sedingin ini. Kau, tak pernah sejauh ini.....

***

Ku rasa semesta mengamini. Segala tentang kita yang tak mungkin terjadi. Sayangnya, aku keras kepala sejadi jadi, tetap mencinta segalamu yang muskil. Pun seluruh kita yang mustahil. Tak lama ku dengar kertak, di ujung hari ketika senja hadir tanpa permisi. Ada yang patah. Berhamburan luruh padahal padamu aku merasakan utuh. Tanpa tau, diam-diam ada secabik hati yang luruh. Ketika sadar, seluruh rasa sudah jatuh. Percuma! Diambil lagi pun tak mungkin penuh.

***

Cangkir puisi ku isi dengan patahan patahan kata. Menunggu disesap takdir yang tergesa-gesa. Sebelum pagi datang dan menelanjangi segala, aku tuang beberapa ke dalam lembar lembar aksioma. Tenang, kau aman disana, takdir tak akan membawamu kemana-mana.....

...

Kata kata sirna.

Saat datang mangata, kita purna.....

- Jakarta, 26 Desember 2018 -

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline