Sebermula subuh ini ada yang menyuluh cerlang. Mengantar semangkuk doa pada Tuhan. Ramai celoteh penghuni langit sebelum terang. Tentang kau yang terbahana nan tersayang. Mereka bilang cinta memang harus sejalan. Begitu juga dengan rencana Tuhan. Sayang, Tuhan kita berbeda cara pandang. Kau puji melalui rosario, dan ku lantunkan bahasa qur'an.
***
Cintaku adalah maka dari segala karena yang ada dalam dirimu. Meski kita termengah-mengah dalam ruang mimpiku yang megah, disana tempat ku bebas mengejewantahkan segala rasa. Tempat kau selalu hadir membawa seikat harapan, juga senyum sepelangi. Nyalang matamu mentari, suaramu pancarona di telinga yang bising dengan kata kata tanpa arti. Mimpi sempurna paripurna... Ah sayang, kenapa tidak di dunia nyata?
***
Terhengit-hengit ku di dunia, maka segala rasa kusampaikan saja ke suraloka jika memang Tuhan kita tak bisa sama.
Kita bersua di tempat para dewa.
Lalu menuju suargaloka...
- Jakarta, 15 Desember 2018 -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H