Lihat ke Halaman Asli

Mina Apratima Nour

:: Pluviophile & Petrichor ::

Eunoia tentang Malam

Diperbarui: 13 Oktober 2018   03:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(image: pixels.com)

....Tiba-tiba angin berhenti. Awan tak bergerak. Dedaunan terhenyak. Terperangah pada keindahan senja yang paripurna. Sedang aku hanyalah candala di hadapannya yang sempurna. Sunyi..... Sunyi yang tak pernah sebising ini. Hingga kau jatuh dari kedua mataku.

Tenggelamkan rindu bersama senja sebelum gaduh iringan bintang. Hiasi langit dengan gugus gemintang. Siapakah yang sedang dipecundangi waktu? Aku atau kamu?

***
Pada mulanya aku rapal namamu diam diam. Sayu mata rembulan hampir menutup pelan pelan. Sebelum terbuai peluk awan dan genit para bintang, ku senandika beberapa mantra. Agar cuaca tak pernah singgah ke matamu yang malam. Tempat aku ingin menggugurkan rasa paling nirmala. Meluruhkan setubuh kata yang paling cinta..... Biarlah terus seperti itu. Hitam di kedalamannya yang tenang. Teduh di sapuannya yang sani nan abhati..
.
.
Derit daun pintu berbunyi. Seperti ada gegas langkah kaki. Ku tengok ingatan, selarut ini kau pulang. Meminta kursi di bianglala mimpi..... Silakan, Tuan! Selalu ada tempat untukmu yang sudah kekal, di tiap lakuna sanubari..

- Jakarta, 12 Oktober 2018 -




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline