Lihat ke Halaman Asli

Mina Apratima Nour

:: Pluviophile & Petrichor ::

Tuan, Rindu-kah pada Hujan?

Diperbarui: 7 September 2018   18:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(image: toneworksmusictherapy.com)

Tuan, rindu kah pada hujan?

Yang harumnya buatmu mengenang masa yang tlah hilang. Basahnya bawa angan berjalan jauh menapak jalan tak bertuan. Yang bertahun sudah kau hapus dalam ingatan. Sayang, malam itu tidak hujan. Hening langit segaris dengan bulan yang mengintip. Hanya ramai lalu lalang kendaraan. Bising knalpot khas perkotaan, -yang kau benci, tentu saja-. Isyarat tersirat semesta. Sebelum kau melangkah tanpa sepatah kata. Bertalu-talu tanya dalam diri. Ah, percuma! Semua menjadi basi ketika kau pergi.

--

Ingatanku melayang ke sudut jalan itu. Kedai kopi tempat biasa kita bertemu. Sekedar bertukar sapa. Basa basi yang seumpama. Padahal kita tahu. Bukan obrolan yang kita mau. Segalamu adalah inginku. Sedang seluruhku adalah pintamu. Tak perlu hingar bingar kata cinta. Cukup matamu yang bersuara. Dan aku berlindung di sapuan teduhnya. Sejak itu kita tercipta. Namun itu masa lalu.....

--

Entah kapan selesai, kau hilang tak berjejak. Aku berusaha lupakan dengan bijak. Yang dulu pernah bertubi-tubi menembakku dengan kecup aksara, kini bisu bagai sejuta rahasia. Ruang yang tercipta di antara hujan dan malam, tiba-tiba kau amini dengan lambaian. Sedang aku sibuk menyogok Tuhan dengan semangkuk doa..... Tetap tak mampu ku raih meski Tuhan sudah kurayu dengan gigih. Alih-alih berbalas, akhirnya cinta kandas.

--

Sebatang rokok hampir habis. Kulihat jam, tengah malam lewat sedikit. Secangkir kopi ku sudah tumpah penuhi kertas berisi kata-kata puitis. Coba membunuhmu dengan tulisan teramat manis. Sayangnya, namamu tetap kapital dalam tiap ucap penuh harap saat aku masih berusaha menggelitik Tuhan. Memaksa agar ku bisa rasakan bahagia sebelum tanda titik. Semoga Tuhan tidak pelit. Tanpa perdebatan sengit, kenyataan harus ditelan pahit. Aku kalah telak! Tuhan sedang tak berpihak.

.

.

.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline