[caption caption="(sumber foto: readwritelove28.com)"][/caption]Jangan terjebak! Jangan terjebak pada makna sederet kalimat yang tak lagi kau pahami. Kau pernah menjadi tuan. Sekarang tak lebih dari seonggok yang usang. Dulu, nadimu tempat aksaraku mengalir. Indah menjuntai meski getir. Kini, kau hanyalah penonton. Dibarisan terdepan pentas yang tidak monoton dan pantas ditonton.
--
Selamat menyaksikan! Aku berlenggok gembira. Di atas dunia yang kau caci dahulu. Oh, tunggu! Kau tidak mencaci. Kau lebih dari itu. Kau menyumpah. Serapah layaknya setan yang bertemu mentari. Ah, malas aku mengingatnya. Toh kini aku bebas. Bebas dari panggung sandiwaramu yang pernah membuatku luluh lantak. Yang pernah buatku percaya, bahwa daun yang berjatuhan adalah bahasa rindu, yang harus kuperjuangkan sendiri, musim demi musim.
--
Selamat tinggal! Selamat menjadi penonton yang kesepian! Aku telah sampai pada lembaran terakhir sebuah buku. Tentang aku. Diriku. Duniaku. Harapanku. Cintaku. Segalanya tentangku. Dan aku beri tahu ya,tidak ada sedikit pun tentangmu! Maaf, pada lembar terakhir itu, kau bukan tempat pulangku menuju.
--
Oh, sebentar! Kau tahu kan kau siapa??? Jangan terjebak ya! Haha!
- Jakarta, 26 Maret 2016 -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H