Lihat ke Halaman Asli

Sumbangkan Buku ke Pulau Nias

Diperbarui: 3 November 2017   11:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang anak di Taman Baca AKU BISA sedang membaca buku bergambar kiriman donatur. Dok.pribadi

"Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas."
Mohammad Hatta

Tak dimungkiri, untuk mengubah nasib, salah satunya ditentukan oleh pendidikan. Kebanyakan masyarakat merasa hidupnya tidak bisa berkembang karena rendahnya pendidikan. Orang yang berpendidikan bisa mengeksplor potensi yang dimilikinya sehingga setiap tantangan bisa dihadapi dan diselesaikan.

Di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal seperti Pulau Nias, permasalahan kemiskinan perlu diberantas dengan cara memberikan pendidikan yang baik bagi setiap warga. Di kepulauan di sebelah barat Pulau Sumatera itu masih banyak warga yang tidak bisa mengecap pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Faktor utama adalah ekonomi. Orangtua tidak mampu menyekolahkan anak mereka. Mayoritas masyarakat hanya bisa mengecap pendidikan hingga tinggkat menengah atau bahkan ada yang hanya tamat SD dan SMP.

Permasalahan ini terus menjadi pekerjaan rumah dari setiap pemimpin daerah. Lewat berbagai cara, misalnya dengan program beasiswa, pemerintah daerah menyekolahkan anak-anak di Pulau Nias ke jenjang perguruan tinggi. Akan tetapi, permasalahan yang ada adalah banyak mahasiswa yang diseleksi tidak mampu mengikuti program beasiswa karena kemampuan akademik yang minim. Banyak mahasiswa di sejumlah perguruan tinggi di luar Nias yang mengikuti program beasiswa terpaksa berhenti (drop out) karena tidak bisa memenuhi syarat indeks prestasi minimal yang ditentukan di awal.

https://www.facebook.com/tamanbacaakubisa/posts/287905655058960

Seperti diketahui bersama, rendahnya kemampuan akademik didorong oleh kurangnya minat baca para siswa. Ini tidak hanya terjadi di Pulau Nias, gejala ini hampir melanda di seluruh Nusantara dari Sabang sampai Merauke. Minat baca sangat rendah. Ironinya, yang terjadi di Pulau Nias, minat baca rendah karena ketidaksediaan bahan bacaan. Mungkin banyak masyarakat yang ingin baca, banyak anak yang haus membaca buku, tetapi buku pun mereka tak punya. Pihak sekolah pun banyak yang tidak memiliki perpustakaan. Jika pun ada, koleksi buku tidak pernah bertambah.

Di Jalan Nias Tengah Km 9,6, tidak jauh dari gedung SD Inpres Delafiga Si'e, dan juga SMP Negeri Hiligodu, Kecamatan Gunungsitoli Selatan, Kota Gunungsitoli, Sumatera Utara, dengan memanfaatkan ruang kosong salah satu rumah warga, dibukalah taman bacaan yang diberi nama Taman Baca AKU BISA. 

Taman bacaan yang dikoordinasi oleh Noveriaman Lase alias Ama Bram ini sangat senang menerima kiriman buku-buku dari mana pun, terutama bacaan-bacaan untuk anak-anak dan remaja. 

"Buku komik sangat disukai anak-anak. Mereka bisa melewatkan waktu berlama-lama untuk membaca komik. Begitu juga dengan cerita-cerita dongeng, mereka sangat senang," kata Noveriaman. 

Noveriaman menyatakan, TAMAN BACA AKU BISA siap menerima kiriman buku dari para donatur. Buku anak-anak, remaja, dan juga umum, terutama untuk para mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu, mereka siap terima. 

Dalam sebulan terakhir, menurut Noveriaman, TC AKU BISA sudah menerima dua kali paket dari pos lewat program Pustaka Bergerak Indonesia. Terakhir mereka menerima buku dari Program CSR Cirebon Power.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline