Lihat ke Halaman Asli

Apolonius Lase

Praktisi Media, Penyelaras Bahasa Kompas, Penulis Biografi

Tentang Pedestrian (Lagi)

Diperbarui: 20 November 2024   13:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangkapan layar dari Peta Google, Diolah

Pada pertengahan Maret 2024, saya berkesempatan menyambagi Kota Palembang. Seperti biasa, keindahan Jembatan Ampera--yang menjadi primadona dan tengara "Kota Empek-empek" tidak saya sia-siakan. Saya bersama teman menikmati keindahan jembatan ikonik di atas Sungai Musi itu. Termasuk mencoba naik di anjungan jembatan itu melalui lift yang tersedia. Dari ketinggian, kota Palembang begitu indah. Apalagi jika pada malam hari, semarak lampu berwarna warni. Menurut kabar, pihan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Sumatera Selatan sedang mempersiapkan Menara Pandang Jembatan Ampera ini dibuka untuk umum. 

Tidak jauh dari Jembatan Ampera, ketika melewati jalan Sudirman, tepat di putaran, ada taman yang menarik perhatian. Taman itu diberi nama Pedestrian Sudirman. Ditulis kapital dengan warna yang mencolok mata. 

Sepintas penamaan dengan Pedestrian Sudirman itu tak ada masalah. Namun, jika pembuat taman tersebut memaksudkan bahwa penamaan taman itu karena terkait fungsinya bahwa memang tempat itu tempat pejalan kaki, dipastikan ada kekeliruan diksi. Salah memilih kata.

Apa masalahnya dengan pemilihan kata itu?

Kata pedestrian itu, semua juga orang tahu, bahwa artinya bukanlah trotoar atau jalur pejalan kaki. Pedestrian, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah pejalan kaki. Lalu, apa makna dari Pedestrian Sudirman? Bisa saja itu berarti bahwa ada pejalan kaki bernama Sudirman. Atau memang secara sengaja bahwa taman itu diberi nama "Pedestrian Sudirman" karena memang khusus pejalan kaki Jalan Sudirman. Kalau begitu artinya, sepatutnya ditambahkan kata "Taman".

Kekeliruan penggunaan kata "pedestrian" ini memang tidak terjadi di Palembang saja. Hampir di antero wilayah Indonesia ada saja yang keliru menggunakannya di konteks yang benar. Misalnya, "Maaf Pedestrian Ditutup, Ada Galian". Bagaimana mungkin pejalan kaki ditutup. Bukankah yang dimaksud ditutup dalam konteks itu adalah "jalur pedestrian"? Sekali lagi, pedestrian itu berarti orang yang berjalan kaki.

Tulisan ini semoga bisa dibaca oleh pengelola taman Pedestrian Sudirman di Palembang. Syukur kalau mau diluruskan dengan membuat tambahan tulisan, tidak harus berukuran sama dengan yang sudah ada. Gunakan huruf kecil saja, tambahkan tulisan "Taman" jadi lengkapnya "Taman Pedestrian Sudirman".

  

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline