Lihat ke Halaman Asli

Hambatan dan Tantangan dalam Upaya Berokumene

Diperbarui: 29 November 2019   22:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Name: Apip Budianto Simamora

Makul: Oikumene

Dosen Pengampuh: Pdt. Sanip Surbakti, M. Th

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Pengertian Oikumene

Berbicara tentang pengertian Oikumene, ternyata memiliki arti yang sangat luas. Oikiumene selama ini sering kita pahami sebagai  sebuah gerakan  dari umat Kristiani untuk mempersatukan gereja-gereja yang terpisah-pisah karena perbedaan ajaran (doktrin,dogma), tradisi liturgis dan organisasi gereja, atau  gerakan  unifikasi  di antara gereja-gereja.

Hal itu memang tidak salah, tetapi pemahaman oikumene, apabila kita melihat dari pengertian istilahnya, ternyata lebih dari sekedar  upaya penyatuan gereja-gereja tersebut. Dr. Hope S. Antone, seorang teolog Asia yang terkenal,  yang saat ini bekerja  di CCA (Christian Conference of Asia), menjelaskan bahwa istilah oikumene berasal dari kata  Yunani "oikos", yang artinya rumah atau dunia; dan  kata "manein" , yang berarti  to live in, tinggal di dalam.

Jadi Oikumene berarti: Rumah atau Dunia yang didiami bersama. Siapa yang mendiami dunia ini,  tentu tidak hanya orang  Kristen, tetapi juga orang-orang dari bermacam agama, suku, bangsa, bahkan seluruh ciptaan lainnya, seperti: tumbuhan-tumbuhan, binatang dan benda-benda yang ada di sekitar kita, sungai, gunung, laut, dsb.

Karena itu Gerakan Oikumene memiliki makna yang luas, yaitu menunjuk kepada "sebuah gerakan untuk menjadikan dunia kita ini menjadi tempat hunian bersama", meminjam istilah Dr. Hope, yaitu menjadi sebuah "Keluarga Allah" (Household of God), baik antar sesama manusia, maupun di antara sesama makhluk hidup yang lain, termasuk alam di sekitar kita.

Manusia tidak lagi beranggapan bahwa hanya dia yang berhak hidup di dunia ini. Eksistensi dan keberlangsungan hidupnya  sangat terkait dengan kehidupan makhluk yang lain, bahkan dengan alam lingkungan dimana ia tinggal. Karena itu, ia harus berbagi kehidupan dengan "yang lain".

Dalam konteks pemahaman "keluarga Allah" (Household of God) itu, maka sesama kita atau alam di sekitar kita, tidak lagi dilihat sebagai "musuh", atau ancaman bagi diri kita sendiri, tetapi dilihat sebagai sesama keluarga Allah yang harus dijaga,lindungi dan dipelihara. Artinya kitapun harus belajar bagaimana menghargai, mencintai manusia dan alam lingkungan dimana  kita hidup, dengan tidak menindas atau merusak alam yang ada di sekitar kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline