Lihat ke Halaman Asli

Andi Pasenringi

Apa adanya

Cinta sekuntum merah

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kapan hari aku akan datang lagi meretas jalan-jalan yg pernah dilalui meliuk di punggung bukit berendam disedangkalan pantai bermain pasir dicumbui cumi-cumi Adalah bait-bait ini segepok cerita iri hati karena nasib bercerita lain tentang cinta sekuntum merah yang layu dan mati Sesudahnya hanya hari-hari menanti biduk didayung berganti lelaki tua dan anak kecil melawan arus tak kuat apalagi menerjang ombak tinggi Dari tepian aku dapat melihat gagang dayung silih berganti tapi sampan tak sampai-sampai lalu,....jeritan orang sekampung berlari gemuruh dikejar tsunami biduk itu lenyap, hilang, pecah sebentuk papan kecilpun tak ada, sirna........... kapan hari aku akan datang lagi mencari kepingan entah dimana.... kurajut jadi cerita,. bukan tentang biduk,atau anak kecil, atau lelaki tua,atau ombak tinggi dan arus kencang atau tsunami tapi tentang..."Cinta sekuntum merah" ....

Gg Beringin, Kota depok...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline