Lihat ke Halaman Asli

Ciput

Diperbarui: 13 Desember 2022   15:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

PDKT sama seseorang karena cinlok? Karena berawal dari temenan? Karena awalnya sering ngobrol? Terdengar mainstream. Pernah gak kalian PDKT sama seseorang karena awalnya ciput yang jatuh? Terdengar memalukan, ya?

Saat itu hari pertamaku di SMP. Kukira aku tidak akan memiliki teman, karena dari kecil hanya terbiasa diadopsi oleh orang baru. Aku tipe seseorang yang tidak mudah berinteraksi dengan orang baru, sebenarnya ada beberapa murid yang asal sekolahnya sama denganku, namun mereka dari kelas yang berbeda jadi aku tidak akrab juga.

Aku memutuskan untuk duduk di paling depan, tak lama ada seorang perempuan cantik, riang, dan ramah bertanya tentang bangku kosong di sebelahku. Dengan senang hati aku persilahkan dia untuk duduk. Dia mengajakku berkenalan! Aku sedikit lega karena rasa takutku akan kesendirian sedikit berkurang. Namanya Salsa, dia orang baru, namun dia cukup perhatian untuk seseorang yang baru aku kenal.

"Kamu enggak pakai dasi?" Tanya nya heran.

"Aku enggak tau cara memakai dasi yang seperti ini" sahutku.

"Sini aku bantu," sambil mengambil dasi di tanganku dan mengajariku.

Dia sangat terbuka, dia bercerita tentang segalanya hari itu. Baguslah, jadi tidak terlalu canggung.

Kelas pun dimulai, semua murid duduk di bangkunya masing-masing. Pandanganku terpaku pada satu lelaki bermata sipit yang duduk di bangku agak belakang. Bukan karena apa, hanya merasa familiar dengan wajahnya. Materi pertama adalah perkenalan diri. Giliranku lewat, giliran dia pun lewat. Pratama namanya, terdengar sangat asing, namun raganya tidak. Akupun memutuskan untuk menghiraukannya saja.

Setelah itu, kakak OSIS memberikan beberapa lembaran kertas yang berisikan tata tertib sekolah dan lirik mars sekolah kami. Dia mau kami memahami dan menaati tata tertib yang ada, sekaligus menghafal lagu mars itu untuk dinyanyikan di setiap hari senin saat upacara bendera. Sambil menunggu kakak osis berkeliling membagi kertas, aku pun membaca sekilas.

"Wajib pakai ciput? Aku belum punya ciput. Jilbab tidak boleh dilipat ke bahu... Wah? Bahkan lengan baju tidak boleh digulung!" Gumamku kaget, mengingat sekolahku dulu hanyalah sekolah negeri biasa, bukan sekolah islam. Namun mereka membuat tata tertib se detail itu untuk muridnya.

Minggu masa perkenalan lingkungan sekolah pun berakhir, kami pun mulai belajar dengan normal. Memasuki minggu ke 3, kami sekelas diberi tugas menggambar peta oleh guru IPS. Aku juga sudah mulai bergaul dengan murid lainnya karena bantuan Salsa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline