Lihat ke Halaman Asli

Implementasi Pancasila melalui Kerukunan Hidup Umat Beragama

Diperbarui: 14 Juni 2024   22:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kerukunan hidup umat beragama adalah elemen penting dalam persatuan bangsa dan negara. Ketika semua kelompok agama dapat hidup berdampingan tanpa mengorbankan kebebasan fundamental mereka untuk mempraktikkan agama masing-masing, maka terciptalah perdamaian antaragama di masyarakat. Bangsa Indonesia adalah wadah bagi masyarakat multikultural, yang merupakan fakta sosiologis yang perlu dilestarikan, diakui, dan dilindungi. Pembentukan bangsa Indonesia didorong oleh pemahaman tentang keragaman ini. Topik agama adalah salah satu contoh keberagaman di Indonesia. Di Indonesia, setidaknya ada enam agama yang diakui, yaitu: Islam, Hindhu, Budha, Kristen, Katolik, dan Konghucu. Di Indonesia, kerukunan hidup umat beragama sangat dijunjung tinggi.

Salah satu bentuk kerukunan hidup beragama dapat dilihat dari kehidupan masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT). Julukan Provinsi NTT sebagai "Nusa Toleransi Terindah" lebih dari sekedar julukan sentimental. Memang benar bahwa penduduk NTT memiliki kehidupan yang sangat damai dan saling menerima satu sama lain, tanpa memandang keyakinan agama yang dianutnya. Dimulai dari toleransi dalam beragama dan berbudaya, hingga saling membantu dalam pembangunan rumah ibadah. Hal-hal seperti itu dapat kita saksikan dari kehidupan masyarakat di provinsi ini.

Bukti dari kerukunan tersebut dapat dilihat dari masjid dan gereja yang dibangun bersebelahan. Tepatnya di Desa Pepakgeka, Kecamatan Kelubagolit. Masjid dan gereja dibangun berdampingan sejak tahun 1970. Balai Desa berdiri di antara kedua tempat ibadah tersebut. Kedua rumah ibadah itu adalah Masjid Al-Jihad dan Gereja Santo Mikhael. Bagi warga setempat, kedua rumah ibadah tersebut merupakan simbol persatuan yang harus dijaga. Perbedaan agama tidak menghalangi penduduk desa untuk berbagi kebahagiaan. Warga dari dua agama selalu berbagi selama perayaan. Tidak hanya umat Muslim yang merayakan kemenangan Idul Fitri, umat Kristen juga menikmati kebahagiaan Natal yang tenang. Setiap saat, mereka bersukacita bersama. Burhan, Kepala Desa Pepakgea, kerap berbagi cerita tentang kerukunan umat beragama di desa tersebut. Menurut beliau, tips untuk menjaga perdamaian di sana ialah 'Tiga Tungku'. Tiga tungku adalah konsep yang hidup dan dipatuhi oleh penduduk desa. Tiga tungku yang dimaksud adalah adat, pemerintah dan agama. Mereka menjalani kehidupan mereka berdasarkan hal ini. Ketiga hal tersebut harus dijaga dengan baik, agar tatanan yang selama ini sudah dibentuk dan dibangun tidak rusak.

Kerukunan hidup beragama di desa Pepakgea, NTT patut untuk diancungi jempol. Hal ini merupakan implementasi dari nilai-nilai Pancasila, khususnya pada sila pertama dan ketiga. Sebagai warga negara Indonesia yang baik, kita dibebaskan untuk memilih agama yang kita yakini. Bahkan, dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 2, negara menjamin setiap warga negara untuk memeluk kepercayaannya. Perbedaan agama tentu hal yang tidak bisa dihindari. Sebagai warga negara, kita harus menghargai perbedaan tersebut. Perbedaan yang bangs akita miliki merupakan salah satu bentuk kekayaan budaya bangsa kita. Kita harus menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa walaupun berbeda, seperti arti dari semboyan bangsa kita "Bhinneka Tunggal Ika".

Agar kerukunan umat beragama ini dapat terlaksana dengan baik, kita harus saling menghormati kebebasan agama lain dalam menjalankan ibadahnya, membangun harmoni sosial yang baik, dan menghindari rasa intoleran. Dengan melakukan langkah-langkah tersebut, kerukunan umat beragama dapat terlaksana dengan baik dan meningkatkan kesadaran, toleransi, antar umat beragama di Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline