Hari kedua, 3 Juli 2015.
Kami start dari hotel J8 jam 09.15. Karena tidak membawa uang, saya yang bermaksud membeli beberapa kebutuhan pribadi memerlukan uang tunai. Maka saya bermaksud singgah di ATM dan juga ke sekolah. Kebetulan, saya ingin bertemu kawan sekamar saya di asrama, yang saya dengar akan tiba hari itu.
Bu Lilis menelepon Taxi Cempaka, taksi lokal yang kami telepon kemarin. Perjalanan ke sekolah melewati sebuah tugu cantik, dan Pak Fauzi, pengemudi taksi kami memberitahukan bahwa tugu tersebut adalah Tugu Adipura. Kami minta pak Fauzi berhenti dan menunggu kami saling berfoto.
[caption caption="Tugu ini katanya namanya tugu adipura, tapi profilnya kok gadis-gadis dengan busana adat? "][/caption]
Tiba di sekolah saya menuju asrama dengan Bu Lilis. Bu Lilis dan saya berkenalan dengan teman sekamar saya yang mirip sekali dengan adik saya. Versi mudanya, sebelum adik saya menikah maksud saya. Bu Lilis mewanti-wantinya soal kebiasaan ngorok saya,... hiks... tega ya? dan menitipkan saya pada teman sekamar saya itu (emangnya barang gitu dititipin? Hahahaha.... Kayak anak kecil aja) Lalu, kami segera melanjutkan petualangan.
Kami memulainya dengan Monas Jambi. Kok Monas Jambi? Iya, ini miniatur monas. Karenanya di sebut Monas Jambi. Terletak di pusat kota Jambi, berdekatan dengan kantor-kantor pemerintahan. Pak Fauzi, sekali ini ikut turun dari taxinya dan membantu kami, memotret dua gadis narsis dari Jakarta. Sayang, beberapa foto ujung monasnya tidak tertangkap kamera HP kami.
[caption caption="Sayang sekali, ujung monas Jambi ini tidak bisa terambil oleh kamera HP kami"]
[/caption]
Kami melanjutkan perjalanan ke Museum Negeri Jambi. Dan coba tebak, apa yang terjadi? Kelamaan di asrama, dan foto-foto di Monas Jambi, museum sudah tutup saudara-saudari. Jelaslah kecewa. Kecewa? Belum. Mengandalkan senyum seindah bidadari narsis, saya meminta pada bapak Thamrin (pemandu/pegawai(?) Museum Negeri Jambi) agar bersedia mengizinkan kami masuk dan melihat lihat barang 30 menit saja. Bu Lilis dengan nekad malah menyebut bahwa saya akan menuliskan di kompasiana (padahal, hiks, dia tidak tahu saya nulis apa tidak toh? hahahahaha).
DAN...
Ya, kami diperbolehkan masuk dengan membayar tiket 2 ribu rupiah perorang. Senangnya. Izin masuk walaupun hanya 30 menit sangatlah berharga bagi Bu Lilis yang akan meninggalkan Jambi Hari Minggunya. Kami dengan cepat mengelilingi museum tersebut.