Film Uang Panai 2, merupakan sekuel dari film Uang Panai (2016) yang sukses di pasaran, hadir kembali dengan membawa cerita segar dan isu yang lebih kompleks. Film ini masih mengangkat tradisi uang panai atau mahar pernikahan dalam masyarakat Bugis-Makassar, namun dengan sudut pandang yang lebih luas dan mendalam.
Dibintangi kembali oleh Ikram Noer dan Nurfadillah, Uang Panai 2 menceritakan kehidupan Anca dan Risna setelah menikah. Pasangan ini, bersama dengan sahabat mereka Tumming dan Abu, mendirikan sebuah perusahaan bernama PATTUMBU yang bertujuan membantu orang-orang yang mengalami kesulitan dalam membayar uang panai.
Film ini tidak hanya menyajikan komedi segar khas Sulawesi Selatan, tetapi juga mengeksplorasi berbagai permasalahan sosial yang berkaitan dengan tradisi uang panai. Salah satu poin yang menarik adalah film ini menunjukkan sisi positif dari tradisi ini, yaitu sebagai bentuk penghargaan terhadap perempuan dan upaya pria untuk menunjukkan keseriusan mereka.
Film Uang Panai 2 yang menghadirkan beberapa karakter baru yang menarik, seperti Rendi Yusa Ali dan Diny Arishandy juga membawa dinamika baru dalam cerita dan memberikan perspektif yang berbeda tentang tradisi uang panai. Kehadiran Sandiaga Uno dalam film bersetting Sulawesi ini juga lumayan menghibur.
Secara keseluruhan, Uang Panai 2 adalah film yang menyentuh hati sebagai film drama. Film ini berhasil mengangkat isu sosial yang penting dengan cara yang ringan dan mudah dipahami. Film ini juga dapat menjadi pengingat bagi kita untuk selalu menghormati tradisi dan budaya, namun juga tidak menutup mata terhadap potensi dampak negatifnya. Saya merasa relate sekali saat adegan ibu Iccang memberikan simpanan yang dimiliki untuk menambah uang panai, juga pada adegan di mana Iccang berhemat demi uang panai. Dapat dikatakan bahwa anak muda sekarang keberatan gaya hidup sehingga berapa saja penghasilannya susah nabung.
Sejujurnya saya menyukai akting para pemain. Bagi saya, film ini cukup berhasil menyampaikan pesannya terkait bahwa uang panai seharusnya tidak menghambat pernikahan generasi muda. Namun demikian, kesan yang saya peroleh bahwa hambatan bagi Icha dan Iccang bukan semata perihal uang panai-nya, namun pada restu dan harapan orang tua untuk mengatur kehidupan anak-anak mereka.
Sinopsis:
Icha adalah gadis cantik yang bekerja sebagai dokter umum harus lebih bersabar setelah hubungannya yang sudah berjalan 7 tahun diuji dengan uang Panai' Rp 200 juta yang harus segera dipenuhi oleh sang kekasih. Namun demikian, ternyata masalahnya bukanlah sekadar uang panai saja, namun juga kesetaraan status keduanya.
Bagaimana cara Icha membantu meyakinkan keluarganya terhadap keseriusan Iccang?
Dalam film ini, Tumming, Abu dan Ancha membuka jasa konsultan Uang Panai.