Lihat ke Halaman Asli

Maria Margaretha

TERVERIFIKASI

Guru SD. Blogger.

"Keluarga Cemara", Menghibur Walau Tak Sempurna

Diperbarui: 7 Januari 2019   22:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Keluarga Cemara, bukan keluarga sempurna tapi bikin iri.
Lahir dalam keluarga yang ngga pernah dekat satu sama lain bukan hanya terhibur nonton film keluarga Cemara ini, tetapi juga dalam cerita yang bolong bolong di berbagai sudut ini, ada nuansa yang dekat di keseharian.
Kalau teman teman dari Komunitas Kompasianers Palembang nonton bareng di CGV. #EdisiirihatinggabisaNobar Saya juga nonton bareng sama mantan. Mantan partner tahun lalu. Tapi di XXI dekat sekolah. Cuma 2 km... .
Oke. Balik ke film Keluarga Cemara. 

Bagus ngga? 

Untuk saya sih dari sudut pendidikan di beberapa scene sekolah saya lihat agak kurang masuk akal. Contoh: pas guru menjelaskan, si murid bisa nonton YouTube, serius??? Di sekolah biasa, bawa HP itu masih terlarang lho. Bawa HP dan nonton YouTube di kelas, saat guru menerangkan, bisa terjadi sementara gurunya boleh dibilang senior? Dari tampangnya sih... Di Jakarta saja setahu saya masih banyak sekolah yang menyita HP pada jam pelajaran. Baru pulang sekolah boleh diambil.  

Contoh lain, scene guru lain lagi. Murid membuat kesalahan, ditertawakan teman, gurunya ngga respon, kok bisa??? Sampai murid dapat haid dan tembus, ditertawakan tidak jelas bagaimana respon guru. Belum lagi saat si murid memotong rambut asal-asalan, bagaimana guru bukannya membawa muridnya berbicara dari hati ke hati malah negur saat belajar di kelas dan berakhir dengan beberapa murid dihukum? Emang salah ya, potong rambut kayak gitu? Kenapa pula si murid dihukum? Saya keheranan dengan hukuman itu.

Ada lagi bagian si Ara kelupaan disebut saat pentas sekolah. Dengan jumlah murid yang ngga sampai 10, kayaknya, bagian ini menurut saya janggal banget sih... Itu dari sudut saya sebagai guru.

Hal mengganggu lainnya adalah subtitle. Kenapa mesti diberi subtitle musik gimana? Atau apa yang terjadi? Mana juga subtitle nya kaidah penulisannya ngga Ejaan Bahasa Indonesia yang benar. Masa Di kata depannya disambung?

Itulah yang saya sebut film ini ngga sempurna. Pas baca sudut pandang teman dari sisi hukum juga ngga kalah menarik. Kurang riset lah kalau saya bilang.
Tapi, ini film. Fiksi. Jadi kalau ada ketidak sempurnaan tetap saja cerita film ini menghibur dan mengundang tawa dan rasa hangat pada banyak scene. Pelajaran kehidupan, untuk menghargai kebersamaan keluarga, bertanggung jawab, bersyukur dan berkomunikasi tertuang dalam film.

Keindahan hidup gotong royong di desa juga masih nampak. Menarik, dan mengundang tawa pada keluguan dan keceriaan Ara. Juga kehadiran Ceu Salma (Asri Welas) menambah ceria film ini. Lihat gaya makannya itu lho... Bikin laper dan baper... Untung sebelum nonton sudah makan. 😀😀😀

Makan dulu sebelum nonton biar ngga baper... dokpri

Kelebihan lain dari film ini adalah musik dan lagu-lagunya. Menyeret kenangan masa nonton sinetronnya dulu. Baik secara instrumen maupun penyanyinya sih oke. 

Akting pemainnya sih bagus. Tapi rasanya ngga biasa aja lihat Ringgo jadi Abah. Kurang cocok sama selera saya. Tapi ya ngga jelek kok mainnya. Paling demen sama Euis dan Ara. Karena emang suka anak anak. 

Ini spoiler ngga? Nonton deh... Ngga rugi. Lebih menarik dari Milly dan Mamet yang saya tonton Desember kemarin dan juga Dancing Ini The Rain yang membuat mantan saya mewek... November lalu.
Bioskopnya lumayan penuh saat kami nonton. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline