Menembus macetnya Jakarta, saya setengah ingin menangis kala tidak bisa mencapai lokasi gerebek KPK, Jakarta Fashion and Food Festival 2017 di La Piazza Kelapa Gading. Perjalanan mencapai La Piazza ternyata sepadan dengan kuliner yang saya temukan di sana. Acara Jakarta Food and Food Festival ke-14 ini menampilkan lebih dari 200 makanan danminuman dari 101 peserta UKM maupun pengusaha kuliner.
Saat bertemu mbak Indri, yang mengundang KPK, saya mendapatkan informasi lisan mengenai tiga pemenang Kompetisi Mie Warisan Nusantara. Masih setengah blank karena saya memang baru tiba. Saya hanya mendengarkan ulasan singkat mbak Indri. Para pemenang Kompetisi Mie Warisan Nusantara ini menyuguhkan aneka mi unik. Stan Cwie Mie Malang Regia yang menyuguhkan cwie mie kenyal dengan pangsit goreng super lebar melebihi mangkok saji. Ada pula Bakmi Ayam Pelangi yang menampilkan mi warna warni dari aneka sayuran berwarna seperti wortel, bit dan sawi hijau. Sementara pemenang terakhir menyuguhkan mi non-halal. Stan Cliff Noodl Bar menyediakan Mie Kriting Siantar, Mie Kriting Hijau (sayur), Mie Kriting Hitam (arang bambu), Mie Samcan Rica dan Mie Hitam Samcan Rica. Aneka mi unik tersebut dapat dinikmati dengan harga berkisar Rp28 ribu – Rp47 ribu. Setelah menjelajah lokasi, akhirnya saya memutuskan menguji indra perasa saya dengan Cwie Mie Malang Regia. Semula saya memilih Cwie Mie yang regular, dengan bakso dan pangsit. Namun setelah digesek kartu saya berubah pikiran. Ternyata yang menjaga stand murah hati dan saya bisa menambah dan mengganti pesanan saya dengan Cwie Mie yang spesial.
Seperti disebutkan di atas, tampilan Cwie Mie Malang Regia Spesial ini memang unik. Tersaji di atas pangsit goreng yang lebar dan bisa dimakan kriuk-kriuk, ayamnya tercicang lebih halus dari mie ayam yang biasa saya nikmati. Semangkuk kuah berisi 2 bakso dan 2 pangsit melengkapi sajian ini. Saya menambahkan 2 sendok sambal, dan sesendok acar mentimun ke atas mie sebelum berlalu dari stand dan bergabung dengan teman teman dari KPK.
Unik memang menemukan mie dengan acar. Mie ayam pula. Rasa CwieMie Ayam ini setelah semangkuk kuah saya siramkan terasa menggigit lidah yangsuka sekali sambal. Catatan penting yang membuat saya memutuskan memesan CwieMie adalah bahwa makanan ini tersaji tanpa MSG. Namun demikian, rasanya benarbenar enak. Gurihnya nendang, walau tanpa MSG. Tak ketinggalan saya kunyah jugadaun selada hijau sebagai sayur. Irisab daun bawang juga menambah kepuasanmakan cwie mie. Saya tidak menyesal memilih memesan Cwie Mie Malang Regia ini.Saya terkenang makan mie ayam di meja kecil bersama sahabat masa kecil saya diJawa Timur sana. Saya teringat saat saya menikmati sajian serupa di rumah sahabat saya itu. Tahu kan bahwa Cwie Mie adalah kekhasan mie dari JawaTimur?
CwieMie Malang Regia adalah pembuka untuk saya. Setelah menikmati semangkuk CwieMie, saya bersama teman lain mulai berkelana kembali di Kampoeng Tempo DoeLoe.Namun demikian ternyata saya belum juga menemukan makanan lain yang menggoda saya, sehingga saya menyibukkan diri dengan foto foto bermacam macam stand yang ada, juga sejumlah kuliner buruan teman teman tim gerebek lain.
Akhirnya setelah foto foto saya berputar lagi dan menemukan kuliner khas Jakarta, KerakTelor. Itulah kuliner yang kemudian saya nikmati. Kerak telor ini adalah kuliner yang jarang bisa saya nikmati. saya senang bisa menemukannya.serundengnya yang gurih membuat saya merasa kurang dengan 1 saja. Namun saya harus mencoba lainnya bukan? Jadi sekali lagi saya berjalan jalan bersama mbak Erni Pakpahan mencari menu lainnya.
sebagai penutup. setelah berputar putar saya menghilangkan haus dengan es kelapa muda yang segar dan membuat panas tidak terlalu terasa. Kelapa mudanya pas sekali kalau kita datang siang hari.
Khazanah kuliner Nusantara merupakan salah satu contoh bahwa keragaman bisa menjadi kekayaan suatu bangsa. Wacana tersebut juga menjadi salah satu inspirasi JFFFuntuk konsisten turut andil dalam mendukung industri kuliner Indonesia melalui Food Festival dengan Kampoeng Tempo Doeloe dan Wine & Cheese Expo.
Tahunini Kampoeng Tempo Doeloe atau biasa disebut KTD diselenggarakan mulai 7 April- 7 Mei di La Piazza, mengangkat tema dekorasi ‘Kampung Layang-Layang’, diikutioleh 101 peserta UKM maupun pengusaha kuliner, sehingga menghasilkan lebih dari 200 ragam menu Nusantara. Beberapa menu spesial tahun ini adalah Mie AyamPelangi, Cwie Mie Malang, Cliff Noodle Bar, Martabak Yuk, Sate Ayam MaduraBintang 5, Gudeg Pejompongan, Soto Udang Medan Bu Ari, Bagoja (Bakso GorengGajah), Ketupat Gloria 65 Ny. Kartika, Soto Roxy H. Darwasa, Es Pisang Ijo"Paling Enak", dan masih banyak lainnya.
Dekorasiyang di tampilkan sangat unik yaitu nuansa tempo dulu dengan konsep “kampung layang-layang”, sehingga menjadi daya tarik tersendiri. Sekaligus memperkenalkan layang-layang sebagai khasanah budaya bangsa Indonesia, danmerupakan permainan tradisional yang sudah ada sejak zaman dahulu kala.Terdapat gerobak-gerobak menjajakan jajanan khas pinggir jalan serta boothjualan dilengkapi beragam hiasan ornament layang-layang yang sangat indah dandapat membangkitkan kenangan masa lalu.