[caption caption="Kompal doc"][/caption]Tulisan ini adalah saduran perbincangan Kompasianer Palembang hari ini, Senin 11 April 2016, mulai jam 08.24 hingga 10.11
Awal perbincangannya adalah anjuran Bu Elly, penasehat dan founder Kompasianer Palembang pada Mbak Kartika Kariono, pengurus lain di komunitas Kompasianer Palembang untuk menulis tentang kelakar betok di Kompasiana.
Kelakar Betok adalah salah satu tradisi tutur/lisan yang mengakar dalam budaya Sumatera Selatan. Orang Palembang jauh lebih suka Kelakar Betok Dul Sawan daripada stand up comedy. Menurut dokter Posma, Kelakar Betok itu stand up comedy yang pakai baso Palembang setelah makan ikan Betok. Menurutku sih Pak Dokter Posma itu becanda saja.
Kata bu Elly Suryani, kelakar betok adalah fragmen situasi, yang pemainnya lebih dari 1. Berbeda dengan stand up comedy yang single fighter.
Menurut Pak Deddy Huang, dalam obrolannya dengan temannya, stand up comedy itu adalah satir ke pada orang, tapi dengan cara jenaka. Tanpa disadari pelaku stand up comedy menyinggung hal hal yang tengah menjadi perbincangan hangat.
Jadi Stand Up Comedy dan kelakar betok itu berbeda, menurut bu Elly. Baik dari segi isi maupun bentuknya.
Stand Up Comedy mengadopsi bentuk dar luar yaitu acara-acara berating tinggi di TV luar, dibawa ke Indonesia. Kelakar Betok murni berasal dan berakar dalam budaya masyarakat SumSel.
Tanpa di sadari obrolan tentang kelakar betok dan Stand up Comedy sudah mencapai lebih dari 150 kata dan layaklah disalin ke kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H