Membaca beberapa peristiwa sedih di lingkungan sekolah dasar seperti kejadian siswa SD yang tenggelam saat pelajaran olahraga, berenang, dan kejadian siswa SD yang membully temannya, merupakan hal hal yang membuat suatu penyesalan di benak guru SD seperti saya.
Pelajaran apa yang saya ambil dari kejadian-kejadian tersebut?
Bahwa sekolah yang ramah anak memerlukan guru yang berdedikasi.
Yah, dedikasi guru yang bersedia menjadi pendidik, bukan hanya sekedar menjadi pengajar mata pelajaran di kelas. Pada masa sekarang, justru dengan berjibunnya tunjangan yang diterima guru sebagai pendidik (maunya pemerintah), yang terjadi adalah kebalikannya. Guru malah melihat tunjangan tunjangan sebagai suatu usaha memakmurkan diri dan keluarga dan melupakan eksistensi sebagai pendidik.
1. Guru tidur di kelas
Saya pernah melihat guru tidur di kelas saat jam pelajarannya. Tak heran kelasnya menjadi sulit diatur dan anak menjadi pembully karena tak ada orang dewasa yang mengawasi. Pada saat mengajar saja guru tidur. Alasannya, saya kurang tidur semalam, saya ibu rumah tangga, jadi harus juga menyelesaikan tugas rumah tangga. Bahkan guru ini menerima tunjangan guru bantu waktu itu. Hallo, saat berada di sekolah tanggung jawab guru mengawasi anak anak. Memeastikan keselamatan anak. Bukan malah menyuruh anak mencatat, dan tidur.
2. Guru sibuk bermain gadget.
Berkembangnya tehnologi membuat guru bisa terkoneksi dengan dunia maya, tak jarang membuat guru kehilangan fokus saat ponsel bergetar. Padahal sedang piket menjaga anak-anak makan siang, atau bahkan mengajar di kelas. Padahal seharusnya gadget membantu guru untuk dapat menemukan sumber tambahan pembelajaran. Ada guru yang malah update status BBM saat masih proses belajar mengajar.
3. Guru egois.
Saya menemukan guru yang mementingkan kesenangannya sendiri, seperti jam kosong untuk bercanda dan mengobrol di ruang guru atau kantin sementara seharusnya membuat administrasi, dan saat diminta menggantikan guru lain yang sakit mengomel, panjang pendek merasa bukan kewajibannya dan menolak melakukan. Membuat alasan bagi ketiadaan administrasi adalah kebiasaan guru guru ini. Termasuk plagiasi. Copy Paste, pekerjaan seniornya atau teman sekerjanya. Ada guru yang dengan mudahnya menyatakan diri sakit, hanya karena hamil. Well, silahkan jadikan kehamilan sebagai alasan, jika ingin menjadikan anak anda si jabang bayi beban, dan kemudian nantinya anak itu menjadi manja saat tumbuh besar. Kalau memang kehamilan bermasalah, sebaiknya mengundurkan diri terlebih dulu dari tugas mengajar daripada saat mengajar menolak membantu teman dengan alasan, hamil. Ada guru yang bahkan setelah hamil sangat besar masih berdedikasi, namun guru yang egois juga ada.