Lihat ke Halaman Asli

Maria Margaretha

TERVERIFIKASI

Guru SD. Blogger.

Episode Poem Kafe Dadakan (3) Jejaring Menulis

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1388804527524879924

Membangun Jejaring Penulis

Oleh: Maria Margaretha

Ini masih satu seri dengan undangan mendadak Pak TS di Poem Kafe sebelum liburan saya. Bertemu Pak Thamrin secara tidak sengaja dalam acara kopdarnya Opa Tjiptadinata Effendi 11 Agustus 2013 memang merupakan berkah. Saya baru aktif di kompasiana per 6 Juni 2013, menulis karena perlu meluapkan emosi jengkel pada pengemudi TransJakarta gandeng yang teleponan sambil menyetir. Kejutan diajak kopdar Opa Tjipt mempertemukan saya dengan Pak TS. Sama kejutannya dengan undangan terlibat di antologi 36 Kompasianer merajut Indonesia. Buku ini memang sangat unik. Dari sandal jepit sampai kontak jodoh dan permainan tradisional, juga termasuk tulisan mantan wapres Yusuf Kalla. Sungguh bangga bisa menulis di antologi ini. Saya tidak tahu keunikan macam apa yang akan saya temukan di antologi 25 kompasianer wanita merawat Indonesia. Penulis dalam antologi ini berbeda profesi, namun memang memiliki keterpanggilan merawat Indonesia, spesifik dalam kepedulian pada anak bangsa seperti saya yang guru. Kalau ingin memiliki buku sendiri, tentu sulit buat saya yang notabene guru biasa, dengan penghasilan biasa-biasa saja. Diundang terlibat, tentu karena adanya orang-orang yang tertarik dengan profil kita. Profil dapat dibaca dalam tulisan atau komen. Itulah perlunya penulis menulis komen yang santun dan beretika. Seorang penulis yang menulis komentar dengan bahasa kebun binatang ataupun bagian tubuh yang seyogyanya privat, akan kehilangan daya tarik dalam sekejap, ini adalah salah satu obrolan di Poem Kafe siang itu. selain masalah kesantunan dan buku. [caption id="attachment_288144" align="aligncenter" width="300" caption="Diskusi membangun jejaring"]

13888030671696304118

[/caption] Profil kita juga dibaca dalam bahasa kita saat bertemu secara informal. Kok bukan formal? Karena pertemuan formal memang akan membuat bahasa imitasi, bukan bahasa real. Bahasa imitasi itu dibuat-buat. Akan kelihatan oleh seseorang dengan tingkat rasa yang tinggi. Kok orang ini agak aneh ya? Gimanaaaa gitu? Tidak terjelaskan sebelum akhirnya duarrrrr... ketahuanlah sisi anehnya yaitu sifat aslinya. Kalau tidak ada jejaring bagaimana bisa dikenal, kecuali, kita memang sudah terkenal. :D Dalam pertemuan di Poem Kafe ini, saya jadi mengenal, MasJokomu, Mas Suwartomo, Kang Isson dan Pak TS dalam membahas dunia menulis. Media mainstream yang pernah digawangi beliau-beliau (Pak TS dan Kang Isson) punya standar dalam menerbitkan suatu artikel atau cerpen. Butuh upaya ekstra membuat tulisan kita layak baca. Kalau tulisan kita di baris pertama saja tidak menunjukkan kelayakbacaan, ya sudah. Selesai. Oleh karena itu adanya kompasiana bisa membuat tulisan kita paling sedikit diintip, layak baca tidak oleh penerbit. Ini benar lho. Hari Jumat, 22 Nov 2013, waktu kompasianival hal itu dikatakan oleh penerbit mainstream seperti GPU dan Elex. [caption id="attachment_288151" align="aligncenter" width="300" caption="Perwakilan penerbit mainstream saat kompasianival"]

13888042971889328986

[/caption] Menariknya membangun jejaring dapat dilakukan saat kopdar. Berbincang dan berbagi. Ini tulisanku, mana tulisanmu? Maria Margaretha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline