Menjelajahi kota ini, menyusuri jalan jalan yang pernah kulalui bersamamu. Seseorang yang mungkin hanya berlalu sekelebat. Kamu yang selalu menggodaku mau menceburkanku di kolam renangmu. Terbayang olehku rumahmu yang bak istana, membuatku tak berani membuka suara. Aku tak ingin salah di dekatmu. Pria yang diam diam kukagumi.
Malam itu, kita group sharing di istanamu. Ya aku lebih suka menyebutnya istana, karena rumah itu besar sekali, dan kamu mengantarku pulang. Sudah banyak teman group sharing yang mengantarku pulang, tapi, kamu berbeda. Teman-teman biasa duduk nyaman di kursi pengemudi, selagi aku membuka pintu mobil mereka, kemudian, mereka akan meninggalkanku di pojok jalan itu memasuki gang ke rumah kostku sendiri, setelah mendengar ucapan terimakasihku.
Tetapi, kamu... kamu duduk di dekatku, membukakan aku pintu mobilmu, seolah aku ratu, padahal ada supir. Bahkan, karena rumah kostku dalam gang sempit kamu mau turun dari Alphardmu, dan menemaniku sampai di pintu pagar kost, menungguiku. Membuka kunci dan membantuku menggembok kembali setelah aku ada di dalam. Bagaimana aku bisa melupakan pria yang memperlakukan aku seperti ratu. Ahhhh.
Keponakanmu muridku. Sungguh lucu dan pemalu. Membuatku terkadang tersenyum dan mengingatmu saat mengajarnya. Saat-saat di kelasnya jadi berbeda, hanya dengan melihatmu dalam dirinya. Walaupun tak pernah aku menyisihkan prinsipku memperlakukan semua siswa secara sama.
Tapi, kusadari, kamu tak terjangkau untukku. Aku wanita biasa, dengan wajah biasa, mungkin setumpuk masa lalu, kelam dan tak akan terseberangi. Sementara dirimu, seorang pria mapan dengan keluarga yang baik.
Aneh kalau akhirnya hatiku tersentuh. Justru oleh dirimu.
Kamu memang bergelimang kemewahan, namun tak segan mengelap meja sendiri saat group sharing kita usai makan. Kamu juga tak segan melayani teman-teman saat group sharing kita makan bersama. Padahal, bisa sih kamu memanggil salah satu pembantumu untuk melayani. Itulah yang membuat hatiku tersentuh, walaupun mulutku tak mau bicara. Aku sungguh bermimpi kalau aku berani mengatakan sepatah kata itu padamu.
Gara-gara malam ini,... kutelusuri jalan yang sama. Jadi terbawa kenangan 4 tahun yang sudah berlalu. Saat telponku berdering, kamu mengajakku bergabung dalam acara santai grup sharing. Sementara dompetku benar-benar kosong, dan di kota ini kita tak pernah saling membayari.
Aku memang bergabung, tapi hanya memandangi kalian dinner dengan alasan sedang diet.... Dirimu berkeras agar aku ikut bergabung, dan akupun berkeras menolak. Semuanya berkelebat,... membuat hatiku tersayat. Penasaran, di manakah kamu sekarang? Sudahkah kamu menikah? Karena, satu demi satu teman-teman kita sudah menikah. Mungkin kamu juga. Andai aku berani meneleponmu. Tapi,...
Hanya sebuah catatan, di Kota Parahiyangan.
[caption id="attachment_334096" align="aligncenter" width="300" caption="Main bareng,... 17-08-2011"][/caption]