Lihat ke Halaman Asli

Maria Margaretha

TERVERIFIKASI

Guru SD. Blogger.

Batita Belajar Bahasa Asing?

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1419795750515466868

Nangkring Parenting bersama Klinik Mentari Anakku memang telah berlalu 10 hari, namun pelajaran yang dipetik tentu sayang jika tak dibagikan. Apalagi, untuk mendapatkan pelajaran, harus berlelah lelah saat kondisi badan kurang sehat.

Narasumber Acara, Mbak Eta telah siap saat saya tiba, namun sekali lagi saya adalah kompasianer pertama yang tiba kata mbak Wardah. Mbak Eta ini nama lengkapnya Firesta Farizal, M. Psi., Psikolog. Beliau adalah ibu dari satu anak, yang kesehariannya bekerja sebagai psikolog anak dan sekolah, mmenjadi dosen di Fakultas Psikologi UNIKA Atmajaya Jakarta dan Direktur serta psikolog dari klinik Mentari Anakku, lembaga yang menjadi mitra Kompasiana menyelenggarakan acara Nangkring kali ini.

Sebelum acara dimulai, Mbak Nurhasanah sebagai moderator mempersilahkan Mas Nurul sebagai perwakilan Kompasiana memberikan sambutan. Dalam sambutannya, mas Nurul menyebutkan bahwa Nangkring Bareng Kompasiana akan lebih memberi ruang pada non politik dan ekonomi. Parenting, dan edukasi itu perlu. Jadi, nantinya ranah humaniora akan lebih banyak diberi kegiatan nangkring, untuk mengakomodasi kompasianer yang berkiprah di dalamnya.

Mbak Eta memulai berbicara dengan memperkenalkan dirinya, dan juga lembaganya, Klinik Mentari Anakku. Ia menjelaskan bahwa Mentari Anakku merupakan Klinik Psikologi dan Pusat Terapi Anak yang didirikan dengan tujuan menjadi sahabat keluarga dalam mengoptimalkan tumbuh kembang anak.Layanan yang tersedia di klinikadalah konsultasi dengan Psikolog dan berbagai jenis terapi [terapi perilaku, terapi sensori integrasi, terapi wicara, terapi okupasi, terapi edukasi, dan fisioterapi].

Mbak Eta memulai dengan bertanya, mengapa kita perlu bahasa? Beberapa Kompasianer menjawab. Intinya bahasa adalah alat untuk berkomunikasi.

Pada usia 2-3 tahun anak sudah dapat memahami perintah sederhana, memahami hal-hal yang berlawanan seperti

panas X dingin

Besar X kecil, dst. Anak juga mengalami ledakan kosa kata. Artinya kosa kata yang didengarnya dapat diucapkan dengan jelas dan dimengerti.

Pertanyaannya adalah perlu belajar bahasa asingkah di usia itu?

Tergantung pada tujuannya. Anak dengan orang tua yang murni orang Indonesia dan tidak pernah punya keinginan mengirim anak ke luar negeri (sehingga perlu berkomunikasi dengan orang-orang luar negeri) , tentunya tidak harus memaksakan diri untuk mengajarkan bahasa asing pada anak. Bahasa Ibu/ bahasa sehari-hari di rumah adalah yang utama dikuasai anak dengan baik. Lihat kebutuhan anak.

Tergantung juga pada minat anak.

Anak dapat lancar berbahasa bukan semata-mata dipaksakan, namun diberi dorongan, dan memang ada kebutuhan.

Agar tidak bingung jika ingin memperkenalkan bahasa asing pada anak,

1. Bagilah peran, dengan ayah bahasa pertama (primary language) dengan ibu bahasa asing atau kebalikannya.

2. Gunakan kalimat yang benar, bukan menirukan anak "mik" padahal mau berkata "minum". Begitu pula penggunaan bahsa asing sebaiknya tidak dicampur dengan primary languange-nya. "Tolong drink cucunya"

3. Konsistenlah jika memang serius ingin anak bisa menggunakan bahasa asing.

Anak dengan keterlambatan perkembangan berbahasa sebaiknya dikenalkan satu bahasa dulu.

Seusai pemaparannya Mbak Nurhasanah memberi kesempatan kompasianer mengajukan pertanyaan. Namun sebelumnya, mbak Nur memberitahukan bahwa Nangkring bareng kali ini lebih istimewa karena kami diliput kompas TV. Kata mbak Elisa yang diwawancarai Kompas TV, penayangannya pertengahan bulan Januari.

Mbak Eta menjawab beberapa pertanyaan kompasianer, dan tidak keberatan mendengar sharing dari kompasianer Elisa dan Mbak Indah perihal anak-anaknya, yang ternyata sudah biasa berbahasa asing.

[caption id="attachment_343847" align="aligncenter" width="300" caption="Para peserta Nangkring, ternyata ada bapak-bapaknya."][/caption]

[caption id="attachment_343848" align="aligncenter" width="300" caption="Mbak Elisa dan mbak Rodame di jajaran terdepan."]

1419795808178553936

[/caption]

[caption id="attachment_343849" align="aligncenter" width="300" caption="Seriusnya mbak Wardah menyimak tanya jawab,.. dan Mas Giri Lumakto"]

1419795879334246580

[/caption]

[caption id="attachment_343850" align="aligncenter" width="300" caption="Mbak Nurhasanah dan mbak Eta (fotonya jelek ya?Apa kuturunin aja?)"]

14197960721499452241

[/caption]

[caption id="attachment_343851" align="aligncenter" width="300" caption="Kompasianer Soleh, Mas Saepulah, dan Sang Nanang memberikan memberikan pertanyaan"]

14197962401289257600

[/caption]

Setelah tanya jawab, Mbak Nurhasanah menyampaikan kesimpulan yakni rangkuman dari percakapan selama 1 jam lebih tersebut. Intinya, mau mengajarkan bahasa asing atau tidak yang penting ngga perlu membebani anak. Berikan saja dalam bentuk ringan, lewat lagu, sajak dan hal-hal kecil yang memberi rangsangan anak belajar dan merasa butuh/perlu bahasa itu.

.Acara nangkring juga dimeriahkan dengan livetweet, di mana 2 pemenangnya mendapatkan bingkisan dari Klinik Mentari Anakku. 2 Penanya terbaik juga mendapatkan kenang-kenangan dari Klinik Mentari Anakku.

[caption id="attachment_343852" align="aligncenter" width="300" caption="Mas Giri penanya terbaik, ajarkan bahasa daerah sebagai warisan jati diri bangsa di masa batita lebih baik."]

1419796662760285682

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline