Lihat ke Halaman Asli

Surat Dua Musim: Ku Kan Selalu Mencintaimu

Diperbarui: 1 April 2017   08:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber: onyeet.com"]

[/caption]

Jika aku diharapkan bertahan. Pernahkah ia mengucap begitu? Rasanya pernah. Khayalku pernah. Aku mengangankan mendengar ia mengucapkan itu. Ingin rasanya dia untuk sekali saja meruntuhkan dingin hatinya yang sudah membeku itu. Karena aku merasa akulah musim panas untuk dirinya. Dan entah bagaimana, dinding beku itulah yang membuatnya demikian. Mungkin memang benar, misteri menimbulkan daya tariknya sendiri. Dan tiada lagi yang lebih misteri bagiku di dunia ini, selain dingin hatinya yang sudah membeku itu.

Apakah dia benar-benar hanya menganggapku, tidak lebih dan tidak kurang, secara hubungan kerja semata? Maka, aku hanya akan berada di jalanmu. Biarkanlah begitu, biarkanlah aku mengganggu. Biarkanlah bila harus begitu, dimana aku membayarmu untuk melindungiku dari bahaya-bahaya. Penggemar-penggemar yang gila. Selama aku bisa terus berada di dekatmu, berharap mungkin musim dinginmu berlalu ke musim panasku.

---

Dan jadi ku pergi, pun aku tetap tahu, aku takkan bisa melepaskan rasa ini. Rasa yang mungkin selamanya kan jadi misteri. Kemanakah dingin hatimu itu akan berlabuh, sedang musim panasku tak lama lagi akan berlalu. Dan jika bukan musim panas, apalah arti lagi dua orang yang membeku untuk tetap bersama? Bila sekedar menahan rasa yang tak pernah ada. Aku yang sudah muak dengan penggemar-penggemar gila yang tak menyadari di balik gemerlap duniaku, aku hanyalah orang biasa, berdarah kala terluka, terluka kala butuh cinta.

Bahwa ku akan memikirkanmu di setiap jejak langkahku, apalagi yang bisa lebih jelas dari ini? Aku yang tak lama lagi akan turut membeku, terilhami olehmu, oleh dinding bekumu yang tak kunjung runtuh. Apa aku bisa berlari dari ini? Andaikan semudah berlari dari kehidupan gemerlap untuk kembali menjadi orang biasa, seperti yang sedang kujejakkan saat ini. Andai saja. Kita takkan pernah tahu.

---

Sedikit yang kau tahu, dara, aku pernah jatuh cinta, lalu ia tiada, penyakit sialan itu menggoreskan takdirku untuk menderita, melanjutkan hidup dengan separuh tersisa. Maka hatiku mendingin, membeku, mungkin berharap seperti beruang, hibernasi di musim dingin, menunggu mati. Lalu muncul kau, musim panas yang menggelora, tatapan dan sentuhanmu yang penuh makna, menggodaku untuk sekali lagi jatuh cinta. Dan aku memang jatuh, dan aku kan selalu mencintaimuuntuk itu, tapi kau tak perlu tahu. Aku sudah tinggal separuh, takkan sanggup bila ku kehilangan separuh lagi. Yang bisa saja terjadi kalau aku tidak melakukan sebagaimana aku dibayarkan. Melindungimu dari penggemar-penggemar gila.

---

Baru ku tahu, aku sebenarnya hanya tak rela kehilangan separuh diriku lagi. Kau yang sudah memutuskan untuk jadi orang biasa, dan akan terbebas dari penggemar-penggemar gila, yang artinya kita berdua akan menjadi orang biasa nanti. Namun hantu masa lalu terus membunuh keberanianku untuk menyatakan semua. Jadi tinggal langkahku saja, yang pergi dari semua ini, dengan membawa kenangan, pahit dan manis. Itulah yang kupunya, itulah yang kubawa bersamaku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline