Muhammad Fadhlan Ramadhan adalah namaku, disekolah teman-temanku biasa memanggilku Fadhlan. Tak ada yang spesial dariku, aku menjalani hari-hariku dengan biasa tanpa ada kesulitan yang berarti. Aku duduk dibangku SMA kelas 2 disalah satu SMA favorit di kotaku. Aku adalah tipe orang yang bisa dibilang sangat pendiam dan menghindari sosialisasi berlebih dengan sekitar, karena moto hidupku adalah semakin sedikit pergaulan maka semakin sedikit masalah yang kau hadapi. Teman-temanku pun juga sudah mengetahui akan karakterku jadi mereka sudah mengerti untuk tidak terlalu terlibat denganku karena khawatir menggangguku. Hari - hari ku lewati dengan damai dan tenang seakan ku ingin selamanya terus begini, hingga ada suatu saat dimana ada kejadian yang menghancurkan ketenanganku ini.
Yaitu ketika kenaikan kelas dimana aku ditempatkan dikelas yang baru dan dengan anggota kelas yang sebagian besar juga baru. Hari pertama tentu diawali dengan perkenalan satu persatu anggota kelas agar saling mengenal satu sama lain, dan yang tak lupa acara yang paling pasti ketika kenaikan kelas adalah pemilihan ketua kelas. Seperti biasa aku hanya berdiam tanpa suara di bangku deretan hampir terakhir agar tidak ada yang memilihku. Dan benar, syukur saja yang menjadi ketua kelas bukanlah aku melainkan seorang perempuan berambut hitam kecokelatan dan sedikit bergelombang, matanya sedikit sayu tapi tajam seakan penuh ambisi. Silvia Nadhira adalah nama perempuan tersebut, dan rupanya dia memang sudah lumayan dikenal di kalangan anak generasiku dan biasa dipanggil Silvi.
Keesokan harinya aku berangkat kesekolah seperti biasa tanpa ada sesuatu yang berarti. Jam demi jam berlalu hingga tiba giliran pelajaran bahasa Indonesia yang mana ibu gurunya menyuruh semuanya untuk membuat kelompok tugas. Disini ibu guru memercayakan pembagian kelompok ke siswa dan melanjutkan penjelasan terkait tugas kelompoknya. Selesai pembelajaran, Silvi yaitu ketua kelas bergerak maju kedepan kelas dan mengajak berunding tentang pembagian kelompok tersebut. Alhasil banyak yang sependapat agar pembagiannya secara acak saja demi keadilan bersama. Disitu semua siswa menyerahkan pembagian kelompoknya kepada Silvi dan beberapa anak yang membantunya kemudian kita semua pulang kerumah.
Sesampainya dirumah aku segera ganti baju dan mandi sembari menghilangkan rasa penat atas kegiatan hari ini. Aku adalah orang yang bisa dikatakan memiliki waktu mandi yang relatif lama untuk ukuran seorang laki -- laki. Bukan karena suka bersih atau apa tapi memang dari dulu memang suka dan betah bermain air hingga terbawa sampai sekarang. Lima belas menit pun berlalu dan aku keluar kamar mandi bergegas menuju kamarku untuk mengeringkan badan sekaligus ganti baju. Dirumah aku tinggal bersama ibuku dan adik perempuanku yang bernama fina, ayahku sudah lama meninggal semenjak aku masih berusia 5 tahun karena kecelakaan kerja. Kini adikku sudah berusia 13 tahun dan duduk dibangku SMP yang sama seperti SMP ku dulu. Selesai mandai dan berberes ibuku memanggilku dan menyuruhku untuk mengambil piring dibantu oleh adikku yang ikut membantu menyiapkan makanan dengan ibuku. Persiapan makan selesai dan kami pun makan bersama dengan menu masakan favoritku yaitu nasi lalapan dengan sambal ala ala penyetan pinggir jalan, sederhana tapi rasanya tidak ada bandingan menurutku.
Selesai makan aku pun ikut membersihkan meja makan sebentar dan lanjut ke teras depan rumah untuk sekedar mencari angin sepoi dan istirahat sejenak selepas makan. Tak lama aku duduk terdengar notifikasi pesan di HP ku, aku pun segera mengambil HP ku untuk melihat dari siapa. Dan ternyata itu adalah notifikasi dari grup kelasku dari Silvi ketua kelas yang membagikan hasil pembagian kelompok tugas Bahasa Indonesia. Setelah kulihat betapa terkejutnya aku bahwa Silvi sang ketua kelas yang digadang -- gadang sebagai siswa populer segenerasi, satu kelompok denganku dan ada 2 orang lainnya. Aku masih belum bisa membayangkan bagaimana aku harus berinteraksi dengan orang-orang yang berkebalikan denganku dan bagaimana respons mereka nanti ketika melihat sikapku.
Hari demi hari berlalu hingga pada suatu hari ada suara gadis lembut memanggilku dari belakang ketika aku berjalan menyusuri lorong antar kelas. Ketika aku menolehkan pandanganku kebelakang tak lain dan tak bukan dia adalah sesosok perempuan yang satu kelompok denganku yaitu Silvi. Dia memanggilku dan aku pun sempat tertegun sejenak karena sangat jarang ada perempuan yang memanggilku terlebih lagi ini adalah sosok populer. Beberapa saat kemudian dia mendekatiku dan ingin memberitahuku perihal tugas kelompok kemarin, aku pun menanggapinya dengan sedikit gugup dan bertanya tentang bagaimana dan apa yang bisa kulakukan untuk tugas tersebut. Dia hanya tersenyum sambil sedikit menghela nafas karena terlihat sedikit berlari ketika menghampiriku, sembari mengajakku berjalan dia memberitahuku bahwa untuk pembagian tugasnya akan ditentukan nanti ketika berkumpul dulu. Hari ini dia hanya ingin memberitahukan tentang acara kumpul tersebut yaitu diadakan 2 hari lagi di taman sekolah jam 15.00 tepat atau seusai kegiatan sekolah selesai. Sejenak kupikir dan aku kira tidak ada agenda apa-apa di hari tersebut lalu aku pun menyanggupinya dengan senang hati. Dia pun tersenyum dan terlihat senang karena kesanggupanku sambil berjalan terpisah dia mengucapkan salam perpisahan sampai ketemu lagi besok, dan aku pun hanya bisa tersenyum saja karena jujur aku tidak pandai bereaksi terhadap perempuan dan bingung dalam merespon hal hal semacam itu.
Ketika aku hendak melanjutkan jalanku, aku melihat ada yang jatuh didekat tempat berpisah kami tersebut. Ketika aku melihatnya ternyata itu adalah jepit rambutnya Silvi yang tadi dia sempat mau masukkan ke tas kecil yang dia bawa. Akupun mengambilnya dan berencana langsung keberikan ke dia, tapi aku melihat sekitar dia sudah tidak ada entah kemana. Dia datang seperti badai dan menghilang tanpa jejeak seperti angin. Aku memutuskan untuk membawanya terlebih dahulu dan berencana memberikannya ketika dikelas setelah pelajaran berakhir.
Jam terakhir pun dimulai dan aku melihat ketempat duduknya Silvi dan alangkah terkejutnya aku bahwa dia tidak berada di tempat duduknya. Akupun bertanya-tanya kemana dia perginya dia karena tidak biasanya dia datang terlambat. Pelajaran pun dimulai dan dari awal hingga pelajaran berakhir pun aku tetap tidak melihat sosok pemilik jepit rambut tersebut. Ketika guru sudah mengakhiri kelasnya aku pun memberanikan diri untuk bertanya pada teman yang biasa dekat dengan Silvi. Ketika aku menanyakannya, teman Silvi tersebut mengatakan bahwa Silvi izin tidak mengikuti pelajaran terakhir karena merasa tidak enak badan dan izin untuk pulang. Seketika aku terkejut, sosok yang terlihat seperti badai tersebut ternyata dia menyembunyikan kondisinya yang sebenarnya. Teman Silvi juga menanyakan kepadaku perihal ada urusan apa menanyakan Silvi karena tidak biasanya sosok sepertiku memedulikan orang lain. Aku sedikit tertegun atas ungkapan tersebut dan memakluminya sembari menjawab tidak apa apa, aku hanya ingin mengembalikan barangnya saja. Ketika kuberitahu hal tersebut dia menyarankanku untuk mengantarkannya kerumah Silvi langsung saja. Dia memberitahukanku alamatnya juga yang mana ternyata rumahnya tidak terlalu jauh dari rumahku, ketika aku ingin menepisnya dia malah terburu meninggalkanku dan malah menyemangatiku untuk ke rumahnya.
Hal tersebut membuatku serba salah dan bingung dengan apa yang harus kulakukan. Sambil berjalan pulang aku menimang-nimang antara mengembalikannya ke rumah Silvi atau menyimpannya terlebih dahulu. Semakin lama ku berjalan semakin bingung aku memutuskannya dan tanpa sadar ada seseorang yang berpapasan denganku ketika aku mengalihkan pandanganku. Ketika kulihat wajahnya itu adalah wajah Silvi sang ketua kelasku, tapi ada hal yang berbeda dari penampilannya. Dia mengenakan pakaian seperti perempuan tomboy dan sedikit tidak rapi yang mana itu sangat berkebalikan dengan Silvi yang kukenal selama ini. Apakah perempuan yang kulihat ini benar-benar Silvi?? Kisah baruku pun akan berlanjut dengan bagaimana aku mengetahui bahwa Silvi yang disekolah adalah bukan Silvi yang sebenarnya....!!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI