Lihat ke Halaman Asli

Gerindra Bukan Oposisi, PKS Super Oposisi, Mentan Baru dari Gerindra?

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

http://politik.vivanews.com/news/read/206614-prabowo--gerindra-bukan-oposisi

Prabowo Subianto, menyatakan sejak awal partainya tak menempatkan diri sebagai oposisi

Soal tawaran menjadi menteri, kata Prabowo, tentu harus dilihat dari sisi ideologi. "Apakah sesuai dengan ideologi kita atau tidak," ujarnya.

"Kita semua berorientasi pada kesejahteraan. Anda cek saja kalau memang ada kesamaan visi, ya kenapa kita harus khawatir," kata Prabowo. "Nanti apabila berbeda ya kita berbeda dengan sopan."

http://sorot.vivanews.com/news/read/58328-partai_pendukung_koalisi

“Ancamannya, ya mencabut komitmen berkoalisi. Dua hari kemudian, PKS meminta Demokrat mengirim utusan khusus guna membahas nama Boediono sebagai cawapres.

Tapi, tak ada reaksi dari SBY. Tampaknya Yudhoyono sudah mantap menggaet Boediono. Karena tak ada  jalan mengutak-atik keputusan itu lagi, PKS pun akhirnya melunak. “Kami tetap memperioritaskan koalisi dengan SBY dan Demokrat,” kata Wakil Ketua Fraksi PKS DPR, Zulkieflimansyah.

Ketua Majelis Syuro PKS, Hilmi Aminuddin, sempat datang ke Hotel Sheraton, Bandung. Di sana, SBY rehat sejenak sebelum deklarasi pada 15 Mei 2009, pukul lima sore. Tak ada keterangan resmi dari Hilmi. Berselang 20 menit muncul Presiden PKS, Tifatul Sembiring, di tempat sama. Di tangannya ada map putih. Tifatul juga tak bicara.

Saat acara deklarasi digelar, Anis Matta pun berdiri mewakili PKS. Dia berada pada barisan partai koalisi penyokong, yang membacakan dukungan kepada pasangan SBY-Boediono, di Gedung Sabuga, Jumat malam itu. Tapi dia tak tampak santai. Dahinya berkerut.”

He he he he

Bukankah jadi jelas disini siapa yang dilamar? Detik detik akhir berkoalisi, apa bawa bawa notaris?

Sudah dari awal bermasalah, apa memang memberikan suaranya? Siapa yang tahu dan menceknya?, terus saja bangun tidur setiap hari mengecam Pemerintah, hingga pada akhirnya sampai ambang toleransi, ambang rasa sakit,

http://forum.detik.com/golkar-dan-pks-menjadi-koalisi-harian-lepas-koalisi-out-sourcing-t239473p3.html

“Langsung sembuh katanya bang, malah mereka ngajak Gerindra cari makanan yang enak2 karena sudah kelaparan, kelihatannya mereka gembira banget dan plong bang, wah bisa lahap tuh makannya, asal jangan lupa ber-do'a aja, biar tambah nikmat”


http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/...1%20no%201.pdf

“Namun demikian apabila presiden memiliki keberanian, dapat saja melakukan hal yang berbeda dengan keharusan tersebut, jika dirasakan bahwa calon menteri dari partai kualitasnya tidak cukup memadai. Oleh sebab itu, pilihan lain yang ditetapkan haruslah sungguh-sungguh didasarkan pada
prinsip the right man on the right place. Resiko dari keputusan ini akan bermuara pada panjangnya friksi antara partai pendukung Presiden dan Wakil Presiden yang kecewa dengan Presiden, karena tidak mau menerima menteri yang disodorkan oleh partai pendukung koalisi tersebut.

Dengan sistem presidensial murni, segala bentuk kesepakatan mengenai koalisi hanya terjadi menjelang pemilihan presiden berlangsung, dengan kata lain apabila presiden telah terpilih, maka keputusan sepenuhnya berada di tangan presiden, sedangkan kesepakatan yang berkait dengan koalisi tinggal menjadi dokumen sejarah”

He he he he

Jadi tidak perlu khawatir terlalu mepet waktunya untuk resuffle, seperti ulasan pengamat politik UI,

Tawarkan saja ke Gerindra Mentan nya, tanpa Gerindra harus masuk Setgab koalisi, toh Gerindra bukan oposisi, bila program kerakyatan untuk pertanian memang mumpuni bisa dilanjutkan ke Pemerintah yang akan datang siapapun Pemimpinnya sekaligus sebagai cikal bakal kabinet Persatuan Bangsa tidak lagi melihat Parpolnya tetapi blue print programnya

Sebagai sangsi tanpa harus PATAH talak 3

Wass

AP Jaelani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline