Lihat ke Halaman Asli

Aozora 45

pelajar

Wayang yang Hampir Sirna

Diperbarui: 4 November 2024   22:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

     Di tengah perbukitan yang hijau, tersembunyi sebuah desa yang sangat kental dengan budaya wayang. Desa ini adalah tempat di mana setiap aspek kehidupan sehari-hari diwarnai oleh keindahandan kearifan wayang kulit. Desa ini memiliki sejarah panjang dalam seni wayang kulit. Warga desa hidup dalam harmoni dengan alam, mengambil inspirasi dari tokoh-tokoh dalam lakon wayang untukmengisi kehidupan mereka. Di desa ini aku tinggal dan menghabiskan masa kecil hingga remaja kudisini aku hidup sebagai seorang anak remaja yang sangat menyukai wayang dan ingin kebudayaan wayang tidak hilang dan akan terus terjaga kelestariannya.

     Namaku Setyo aku adalah seorang anak remaja yang duduk di bangku kelas 3 SMA aku di besarkan oleh kedua orang tua yang bekerja sebagai pengrajin wayang kulit. Selain membuat wayang ayahku juga bisa menjadi seorang dalang kalau di desa ku mengadakan pertunjukkan wayang kulit,masyarakat yang tinggal di desa ini sangat antusias dengan pertunjukkan wayang, mereka selalu ramai berdatangan untuk menonton wayang mulai dari anak-anak hingga orang tua. Aku juga sama seperti mereka, aku senang menonton pertunjukkan wayang bersama teman-teman ku apalagi jika dalangnya adalah ayah ku sendiri, aku sangat bangga padanya.

     Selain karena dibesarkan dan tinggal di lingkungan yang dekat dengan budaya pewayangan,alasanku menyukai wayang juga karena sifat-sifat beberapa lakon wayang itu sendiri sangat inspiratif banyak pesan pesan kehidupan di dalam kisah mereka dan bisa di jadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari.

    Seiring berjalannya waktu kehidupan di desa ku mulai berubah, masyarakat mulai mengikuti perkembangan zaman yang semakin modern. Mulai banyak warga yang lebih senang dan menghabiskan waktu mereka dengan bermain social media, Aku pun ikut merasakannya aku jadi lebih suka bermain game online dibandingkan bermain permainan tradisional yang biasa ku lakukan dengan teman-teman yang lain.

     Hingga Pada suatu hari, ayahku ingin mengadakan pertunjukkan wayang kulit. aku ikut membantunya untuk melakukan persiapan dan apa saja yang akan dibutuhkan. Saat aku membantunya, Ayah ku memberitahuku jika belakangan ini warga yang menonton pertunjukkan wayang mulai berkurang dan tidak seantusias dulu, mendengar omongan ayahku aku mulai berfikir dan bertanyakepada ayah "Bagaimana jika mereka sudah tidak menyukai wayang lagi? Aku takut jika wayangakan dilupakan dan tidak akan ada lagi," ujarku kepada ayah. "Wayang tidak akan hilang dan akan terus ada jika seseorang tetap mau menjaga dan melestarikannya." Jawab ayah. Aku mengangguk,tetapi masih merasa khawatir. "Tapi, ayah, bagaimana caranya? Bagaimana kita bisa membuat orang-orang kembali tertarik pada wayang?" Ayah merenung sejenak. "Kita bisa mulai dengan memberikancontoh. Kita bisa mengajak teman-teman kita untuk menyaksikan pertunjukan wayang yang tersisa dan yang paling penting kita bisa mempelajari seni ini lebih dalam, sehingga kita bisa berbicaratentangnya dengan penuh semangat dan pengetahuan." Aku tersenyum dan merasa lega mendengar saran ayah. "Terima kasih, ayah. Aku ingin menjadi bagian dari usaha untuk menjaga wayang tetaphidup di hati semua orang.

     Aku mencoba melakukan apa yang dikatakan oleh ayahku dengan harapan wayang mulai banyak disukai lagi dan warga di desa ini tidak melupakan budaya mereka. Disekolah aku mulai mengajak teman-teman untuk pergi menyaksikan pertunjukkan wayang yang akan diadakan di hari itu, tapi beberapa dari mereka menolak dengan berbagai alasan. Sebenarnya itu hak mereka untuk ikut atau menolak ajakan ku, aku tidak bisa menyalahkan mereka meskipun aku merasa sedih karena dulu mereka senang sekali jika ada pertunjukkan wayang. Aku rindu masa-masa di mana pergi bersama dengan teman-teman untuk menyaksikan wayang tapi mungkin mereka memang punya urusan yang harus dilakukan di hari itu dan aku berharap bukan karena mereka tidak suka lagi menonton wayang.

     Kehidupan di desa ku semakin hari semakin banyak yang berubah, kebiasaan warga sudah sangat berubah mereka tidak lagi tertarik dan peduli terhadap budaya wayang yang sudah menjadi cirikhas di desa ini. Pertunjukkan wayang sudah jarang diadakan bahkan jika diadakan pun sangat sedikit orang yang datang untuk menonton, nilai-nilai dari budaya wayang seketika hilang begitu saja begitucepat dampak dari kemajuan teknologi mengubah semuanya. Saat itu aku sudah menjadi seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi yang ada di kota, aku memilih untuk pergi melanjutkan Pendidikan ku dengan salah satu harapan ku ialah bisa menambah wawasan dan menjadi seorang yang bisa membawa perubahan di masyarakat salah satu nya adalah bisa membangun kembali kebudayaan wayang yang hampir dilupakan.

     Setelah beberapa waktu kemudian libur semester tiba dan aku memutuskan untuk pulang kedesa bertemu dengan orang tua dan keluargaku aku sangat merindukan mereka, sesampainya disana aku mulai melakukan rencanaku untuk melestarikan dan memperkenalkan kembali kebudayaanwayang kepada masyarakat di desa ini. Hal pertama yang aku lakukan adalah mendekati salah satukelompok wayang kulit yang masih bertahan dan menawarkan bantuan dalam mempromosikan pertunjukan mereka. Aku juga menggunakan media social untuk membuat postingan yang menarik tentang pertunjukan wayang kulit dan membagikannya ke berbagai platform. Hasilnya, ada peningkatan signifikan dalam jumlah penonton muda yang datang menyaksikan pertunjukan.

     Tidak berhenti di situ, aku juga mulai mengunjungi sekolah-sekolah setempat untukmemberikan sosialisasi tentang seni wayang kulit dan pentingnya melestarikannya. Aku kemudian membawakan pertunjukan kecil dengan boneka wayang kulit miniatur dan menceritakan cerita-cerita dari epik wayang kepada para siswa. Anak-anak di sekolah itu mulai merasa tertarik dan terinspirasi oleh seni wayang yang mereka anggap kuno, aku sangat senang melihat respon mereka yang antusiasmembuatku teringat dengan masa kecil ku yang dulu juga seperti mereka.

     Selain itu, aku juga mendirikan klub wayang kulit. aku mengajak teman-temanku dan anak-anak di desa untuk belajar tentang seni wayang kulit, mulai dari cara membuat boneka wayang hingga bagaimana memainkannya di atas panggung. Klub ini dengan cepat menjadi populer di kalangan masyarakat, dan semakin banyak anak muda yang mulai tertarik pada seni tradisional ini.

     Aku berhasil mengubah pandangan masyarakat tentang wayang kulit. Pertunjukan wayang yang hampir sirna kini mulai hidup kembali. Anak-anak muda menjadi lebih menghargai warisan budaya nenek moyang mereka, dan pertunjukan wayang kulit mulai mendapatkan kembali perhatianmasyarakat. Dengan semangat dan tekad, seseorang dapat menghidupkan kembali seni tradisionalyang hampir terlupakan dan mengajak masyarakat untuk menjaga kekayaan budaya mereka agar tetap hidup dan berkembang di tengah arus perkembangan zaman yang terus berubah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline