Pernahkah anda membeli jajanan di Pedagang Kaki Lima (PKL)? Hampir setiap kalangan menyukai kegiatan membeli jajan di PKL, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Berbagai jenis makanan yang dijual oleh para PKL dengan cita rasa makanan yang beragam, dan harganya yang relatif murah menjadi alasan setiap orang menyukai jajan di PKL dibandingkan di tempat-tempat seperti cafe atau restoran.
Selain itu, keberadaan pedagang kaki lima yang berada di pinggir jalan juga memudahkan pembeli untuk berhenti sejenak membeli jajanan di PKL. Namun dibalik itu semua, ada bahaya yang dapat mengancam kesehatan apabila higiene dan sanitasinya tidak dijaga.
Berdasarkan data dari WHO, sebanyak 600 juta orang menderita penyakit dan 420 ribu orang meninggal setiap tahun diseluruh dunia akibat mengonsumsi makanan yang terkontaminasi agen berbahaya. Data dari BPOM juga menyebutkan di Indonesia terdapat 45 berita keracunan makanan yang dilaporkan dengan jumlah 3.276 orang terpapar bakteri, sehingga menyebabkan 1.528 orang sakit dan 6 orang meninggal dunia.
Bakteri-bakteri yang sering ditemukan pada jajanan kaki lima adalah Escherichia coli (E. coli), Salmonella, dan Staphylococcus aureus. Bakteri tersebut bisa mencemari makanan melalui kontak dengan lingkungan yang kotor, penjamah makanan yang tidak menjaga kebersihan, atau peralatan masak dan makan yang tidak dibersihkan dengan baik. Makanan yang dicemari bakteri ini dapat menyebabkan sakit diare, dan keracunan makanan. Peralatan makan yang tidak dibersihkan dengan baik juga dapat menularkan penyakit hepatitis A seperti yang pernah terjadi di sekitar kampus Universitas Sriwijaya Indralaya pada tahun 2019.
Oleh karena itu, sebelum membeli jajanan di PKL perlu memperhatikan beberapa hal berikut:
1. Kebersihan tempat berjualan
Lingkungan tempat makanan diolah dan dijual harus bersih dari sampah dan limbah. Sampah yang menumpuk tidak hanya menyebabkan bau tak sedap, tetapi juga mengundang serangga dan hewan pengerat yang berpotensi menyebarkan penyakit. Pedagang harus memiliki sistem pengelolaan sampah yang baik, terutama untuk limbah organik yang mudah membusuk. Hal ini bertujuan untuk mencegah berkembangnya mikroorganisme berbahaya yang dapat mencemari makanan.
2. Kebersihan penjamah makanan (pedagang)
Seorang penjamah makanan harus memperhatikan kebersihannya saat menyiapkan maupun menyajikan makanan, dimana perilaku penjamah makanan juga ikut berperan dalam menentukan suatu makanan sehat atau tidak karena perilaku penjamah makanan juga dapat menimbulkan risiko kesehatan. Pada saat bekerja penjamah makanan sebaiknya memakai celemek/apron, penutup kepala (hair net), masker, dan sarung tangan. Apabila kontak langsung dengan makanan maka harus menggunakan sarung tangan plastic sekali pakai (disposal), penjepit makanan, sendok atau garpu untuk memilih atau mengambil makanan sehingga tangan tidak langsung bersentuhan dengan makanan.
3. Kebersihan alat makanan yang digunakan
Alat masak seperti wajan, panci, serta peralatan makan seperti piring dan gelas harus dibersihkan setelah digunakan dengan benar menggunakan sabun khusus cuci peralatan makan dan air bersih yang dikhususkan untuk mecuci peralatan makan. Peralatan yang dicuci dengan air yang sama berulang kali berisiko tinggi menularkan bakteri. Dalam situasi tertentu, alat makan sekali pakai dapat mengurangi risiko kontaminasi, terutama jika pedagang tidak memiliki akses ke air bersih untuk mencuci peralatan dengan benar.