Lihat ke Halaman Asli

Absurdisme Itu Nyata

Diperbarui: 29 April 2021   08:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi merasa absurd di antara kerumunan orang. (sumber: pixabay,com/Free-Photos)

"Secara umum, kondisi absurd akan membuat manusia mulai menyadari apa yang sebenarnya terjadi di dunia ini. Manusia akan mulai mencoba untuk berkenalan dengan dirinya sendiri. Karena manusia menganggap bahwa dunia ini isinya adalah keabsurdan."

Semua orang mencoba memastikan sesuatu yang tidak pasti. Absurdisme adalah bentuk protes secara elegan. 

Mungkin menginterpretasikan sesuatu yang absurd adalah absurd itu sendiri. Subjektivitas adalah bentuk keabsurdan nyata dalam kajian suatu karya sastra. Seperti tulisan ini yang menjadi dasar makna absurd itu sendiri. Absurd akan semakin absurd bila kita terus mencoba memahami maknanya. 

Dalam karya sastra, tidak ada satu orangpun yang dapat mengartikannya atau mengambil maknanya. Semua manusia yang memberikan label tentang suatu karya sastra itu hanya akan menjadi sebuah tindakan menerka-nerka. 

Setiap tafsiran adalah bentuk kebenaran yang rumpang, bahkan dalam absurdisme tidak ada kebenaran. 

Ketika kita semakin yakin bahwa kebenaran itu ada, maka sesungguhnya kebenaran itu tidak ada. Seperti halnya konsep empirisme yang menentang rasionalisme, lalu didamaikan oleh kritisisme. 

Ketiganya adalah absurd karena mencoba mencapai kebenaran. Mengapa kebenaran tidak ada dalam absudism? Karena interpretasi orang-orang berbeda. Menciptakan suatu pemahaman yang berbeda-beda pula. 

Di dalam perbedaan kita tidak dapat menyakini kebenaran. Karena kebenaran secara subyektif tidak akan benar bila diajukan ke subjektif lain. Maksudnya, setiap orang memiliki kebenaran, namun bila kebenaran itu disampaikan ke orang lain itu bukan lagi suatu kebenaran. 

pinterest.com/salliejohnson28

Berbicara tentang absurdisme sangat erat kaitannya dengan kebenaran. Karena pada dasarnya, absurdisme adalah bentuk protes terhadap pemahaman tunggal. Contohnya matahari, menurut kebenaran dominan, matahari terbit di timur. 

Menurut kebenaran ilmiah, matahari tidak terbit, karena Bumi yang mengelilingi matahari. Menurut kebenaran filosofis, matahari terbit di barat, karena semua teknologi yang digunakan saat ini berasal dari barat. 

Mungkin kebenaran itu seperti permata, karena memiliki banyak sisi, tidak ada kebenaran yang absolut karena setiap orang membawa kebenarannya masing-masing. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline