Demi memenuhi tantangan Samber hari ke 25, dengan tema yang dirindukan dari kampung halaman. Kali ini sebaiknya singkat saja artikelnya. Sebab sebelumnya sudah sebagian saya tulis di sini.
Kampung halaman memang sudah berubah kondisinya, tapi kenangannya tak akan pernah hilang. Pun bersama siapa kita mengukir kenangan indah itu tak akan pernah terlupakan.
Merindukan Kampung Halaman mungkin bukan lagi pada fisik kampungnya, tetapi lebih pada ulasan cerita setelah beberapa waktu berlalu. Kenangan-kenangan indah itu akan muncul dan seolah hidup kembali saat kita berbagi cerita pada orang yang ikut mengalami.
Seperti halnya yang terjadi saat saya pulang ke rumah Ibu. Setelah semua urusan beres, atau setelah berlebaran dengan yang lebih tua, kerinduan untuk berkumpul dengan teman sebaya atau teman sekolah tak boleh ketinggalan. Terlebih teman SMP yang spesial ini.
Kebetulan saya punya teman dari masa putih biru hingga kini, yang selalu menyempatkan diri bertemu dan berfoto sejenak. Apapun kondisinya, saat kami bertemu selalu meninggalkan jejak digital.
Meski hanya 1 atau 2 jam saja pertemuan itu, tetapi selalu ada cerita terbaru yang jadi bahan pembicaraan. Selalu ada canda dan tawa yang membuat kami terbahak. Alih-alih sekadar melepas kangen, tapi justru pertemuan itu yang membuat kangen.
Pertemanan yang sudah lebih dari 30 tahun terbina ini begitu istimewa bagi kami. Saat bertemu, tak ada lagi basa-basi. Tak ada lagi kesombongan yang bisa kami pamerkan. Tak ada lagi masalah rumit yang kami sembunyikan.
Kami sudah saling mengenal. Bahkan, dengan keluarga pun juga sudah paham. Tak ada lagi jaim, tak ada lagi sungkan, tapi etika pergaulan tetap terjaga.